REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- HSBC Trade Confidence Index (TCI) Indonesia mengalami penurunan. Dalam survei yang dilakukan, indeks kepercayaan mengalami penurunan dari 132 ke level 119.
Penurunan indeks kepercayaan ini disebabkan oleh beberapa hal, termasuk pesta demokrasi. "Pelaku bisnis memilih menunggu siapa yang menjadi presiden. Mereka tidak setop bisnis, hanya memperlambat," kata Head of Global Trade and Receivable Finance HSBC, Nirmala Sari, Kamis (20/3).
Faktor kedua penyebab penurunan adalah depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Seperti diketahui, sepanjang 2013 rupiah terus mengalami pelemahan terhadap dolar AS.
Harga komoditas yang masih lemah juga menyebabkan penurunan TCI. Hal ini mendorong penurunan kinerja ekspor Indonesia, sehingga secara nasional masih mengalami defisit.
Meskipun demikian, pelaku bisnis tetap positif dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan sendiri masih terjaga meskipun mengalami sedikit penurunan, yaitu dari enam persen menjadi 5,8 persen.
Komoditas tidak akan menjadi primadona untuk ekspor tahun ini. Hal ini disebabkan oleh aturan undang-undang mineral dan batu bara yang telah berlaku sejak Januari. Ekspor akan fokus pada tekstil dan garmen.
Indonesia memiliki potensi besar atas ekspor tekstil dan garmen karena memiliki keahlian di industri tersebut. Selama dua tahun terakhir, ekspor tekstil tidak begitu besar karena lemahnya permintaan. "Pelemahan global seperti di Amerika Serikat dan Eropa membuat ekspor tekstil tidak tumbuh," kata Nirmala.
Namun dengan mulai pulihnya ekonomi global, Nirmala meyakini ekspor tekstil akan kembali menggeliat. Diharapkan hal ini akan mendongkrak ekspor yang sepanjang tahun lalu mengalami penurunan sebesar empat persen.
Dari sisi impor, Indonesia akan lebih banyak mengimpor mesin dan produk teknologi. Impor mesin dilakukan untuk menunjang industri garmen dan tekstil yang mulai memperoleh permintaan. Sedangkan impor teknologi bertumbuh sejalan tingginya pertumbuhan kelas menengah.
Indonesia masih perlu meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi produk teknologi tinggi seperti smartphone, televisi, komputer, dan lain-lain. Negara berkembang seperti Malaysia, Cina, dan Taiwan telah mampu memproduksi produk ini, yang menjadi salah satu pendongkrak ekspor negara tersebut.