REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Saham Asia begitu defensif pada perdagangan Selasa (4/3) karena ketegangan politik yang terjadi di Ukraina, bekas Uni Soviet yang tak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Rusia memperketat cengkeramannya atas Krimea sementara Barat mengupayakan langkah-langkah untuk menghalangi sikap Rusia tersebut.
Saham berjangka Nikkei di Chicago menunjukkan penurunan sekitar 0,4 persen, menyusul sahan di Tokyo yang merosot 1,3 persen pada perdagangan Senin lalu. Indeks MSCI dari saham-saham di Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,1 persen.
Dilansir dari Reuters, Selasa (4/3), investor berbondong-bondong mencari aset yang aman karena takut eskalasi ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina berada dilevel tertinggi selama empat bulan ini, sementara yield obligasi AS turun ke level terendah dalam satu bulan. Ini mencerminkan harga yang lebih tinggi untuk obligasi.
AS berusaha mengisolasi Moskow melalui sanksi. AS menilai kehadiran militer Rusia di Krimea yang semakin tinggi akan menjadi eskalasi berbahaya. Akan lebih baik jika Rusia menarik pasukannya dan melakukan pembicaraan baik-baik dengan pemerintahan terbaru Ukraina.
Pasar keuangan Rusia, melalui indeks saham MICEX menyelam hingga 10,8 persen. Rubel juga turun dua persen terhadap dolar AS, mencapai level terendahnya yaitu 36,50 rubel per dolar AS. Bank Sentral Rusia bahkan menaikkan suku bunga untuk membendung pelarian modal dan mempertahankan mata uang.