REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Euro jatuh pada Selasa (4/3) pagi WIB akibat meningkatnya krisis Ukraina yang membuat para investor melarikan diri ke mata uang dolar dan yen.
"Mata uang, saham dan surat utang semua dipengaruhi oleh meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Beberapa pasar terpukul lebih keras daripada yang lainnya dan besarnya dampak mencerminkan kerentanan masing-masing negara terhadap krisis," kata Kathy Lien dari BK Asset Management.
Pada sekitar 23.00 GMT (Selasa 06.00 WIB), euro merosot menjadi 1,3737 dolar dari 1,3800 dolar pada Jumat sore.Euro jatuh menjadi 139,34 yen dari 140,44 yen, sementara dolar juga turun terhadap mata uang Jepang, menjadi 101,44 yen dari 101,76 yen.
Sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memperoleh izin parlemen Rusia pada Sabtu (1/3) untuk menggunakan kekuatan militer di Ukraina, termasuk di Krimea -- semenanjung strategis Laut Hitam dengan populasi mayoritas etnis Rusia -- negara-negara Barat telah mengancam akan mengusir Rusia dari Kelompok Delapan (G8) negara-negara industri terkemuka.
Euro jatuh karena Eropa lebih bergantung secara ekonomi pada Rusia daripada Amerika Serikat, kata Lien. "Bukan rahasia lagi bahwa Ukraina adalah sama pentingnya untuk Eropa maupun bagi Rusia dan Rusia merupakan mitra energi yang penting bagi kawasan itu," kata Lien.
Dia mencatat Rusia memasok sejumlah besar minyak dan gas ke Eropa melalui pipa yang berjalan melalui Ukraina. Jika konflik mengarah ke gangguan pasokan, harga bahan bakar minyak akan naik secara signifikan.
Dolar naik menjadi 0,8830 franc Swiss dari 0,8797 franc pada Jumat sore. Sedangkan Pound jatuh menjadi 1,6666 dolar dari 1,6737 dolar.