REPUBLIKA.CO.ID,KUALA LUMPUR -- Pertumbuhan penerbitan sukuk mata uang asing di Asia tertinggal dibandingkan negara-negara Teluk. Hal ini terjadi karena otoritas keuangan di Asia mengontrol ketat modal sehingga membiarkan Teluk mendominasi pasar yang angkanya melebihi 17 miliar dolar dalam dua tahun terakhir.
Dikutip dari Bloomberg, Bank Sentral Malaysia mengharuskan perusahaan yang ingin menjual obligasi mata uang asing menunjukkan pendanaan yang sah. Hal ini untuk mengurangi spekulasi, sementara tak ada batasan seperti itu di Timur Tengah.
Sementara Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia meminta perseroan mengirimkan informasi atas resiko valuta asing, khususnya jika berniat melakukan perlindungan nilai. Aturan ini sudah ditetapkan semenjak 2002.
Berdasarkan data Bloomberg, jumlah penerbitan sukuk mata uang asing dari Asia memiliki pangsa pasar 13 persen dari total penjualan sukuk 17,5 miliar dolar. Angka ini meningkat dibandingkan 2012 yang hanya delapan persen.
Export-Import Bank of Malaysia, adalah bank keenam yang menjual sukuk valuta asing pekan kemarin. Padahal sukuk berdenominasi dolar berhasil menarik tawaran sebesar 10 kali dari angka penjualan mereka, 300 juta dolar.