Kamis 20 Feb 2014 06:43 WIB

Harga Minyak Capai Tertinggi Baru 2014

Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)
Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Harga minyak mencapai tingkat tertinggi sejauh tahun ini pada Rabu, didukung cuaca musim dingin di Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik, tetapi kenaikannya dipangkas data perumahan yang buruk.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret melonjak ke posisi tertinggi empat bulan di 103,34 dolar AS per barel. Kemudian berdiri di 102,82 dolar AS, naik 39 sen dari Selasa.

Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan April menguat menjadi 110,82 dolar AS, titik tertinggi sejak awal 2014. Kontrak kemudian ditarik kembali ke 110,38 dolar AS pada akhir transaksi di London, turun delapan sen.

"Minyak mentah WTI sejenak berada sedikit di bawah tekanan pasca beberapa data perumahan mengejutkan dari AS," kata analis Fawad Razaqzada di situs perdagangan Forex.com.

Dia menambahkan: "Namun kontrak minyak AS berhasil meraih kembali beberapa kerugiannya, rupanya karena investor sekali lagi menyalahkan cuaca dingin untuk data terbaru ini."

Data AS menunjukkan penurunan besar tak terduga dalam pembangunan rumah baru dan izin bangunan pada Januari.

Jumlah rumah baru yang dibangun turun 16,0 persen dari Desember menjadi 880.000 tingkat tahunan disesuaikan secara musiman, jauh di bawah perkiraan analis 963.000.

Izin bangunan turun 5,4 persen menjadi 937.000, di bawah perkiraan 980.000.

Para analis agak meremehkan data ekonomi untuk Desember dan Januari, karena percaya bahwa cuaca sangat dingin di sebagian besar AS telah menekan aktivitas ekonomi.

Pasar minyak pada Rabu didukung oleh harapan permintaan bahan bakar pemanas yang kuat dari musim dingin yang melanda Amerika Serikat, bersama ketegangan yang mendidih di Afrika dan Venezuela.

"Minyak mentah Brent bertahan di atas 110 dolar AS per barel, didukung oleh kekhawatiran geopolitik di Afrika dan Venezuela, sementara minyak AS menyentuh tingkat tertinggi dalam empat bulan karena stok diperkirakan jatuh karena permintaan musim dingin dan kapasitas salura pipa baru," tulis analis minyak Investec dalam sebuah catatan kepada klien.

Minyak mentah berjangka juga telah melonjak pada Selasa (18/2) karena cuaca dingin di Amerika Serikat mendorong permintaan bahan bakar pemanas lebih tinggi.

"Harga minyak AS ini terus didukung meski lebih banyak lagi data ekonomi yang mengecewakan," tambah analis CMC Markets, Michael Hewson.

"Berita badai salju lain akan mencapai pesisir utara timur telah membantu mempertahankan harga saat cuaca dingin di AS tidak menunjukkan tanda-tanda mereda."

Amerika Serikat saat ini bertahan dalam musim dingin ekstrim, dengan negara-negara barat tengah dan selatan mengalami suhu yang luar biasa rendah.

Sementara cuaca dingin diperkirakan pekan ini di beberapa kota di AS, badan meteorologi memperkirakan ledakan dingin lain setelah itu.

Konflik baru di penghasil minyak Sudan Selatan juga telah memberikan dukungan kepada harga Brent.

Pertempuran di Sudan Selatan yang telah berlangsung selama lebih dari dua bulan, meningkatkan kekhawatiran terhadap stabilitas negara pengekspor minyak yang terletak di Afrika Utara itu.

Sementara Venezuela bersiap untuk protes hari berikutnya Rabu, karena pemimpin oposisi yang dipenjarakan Leopoldo Lopez diharapkan muncul di pengadilan untuk mendengar dakwaan yang menyalahkan dia untuk episode mematikan kekerasan jalanan.

Keamanan ketat mengepung Gedung Kehakiman di mana sekitar 100 pendukung menunggu kedatangan ekonom lulusan Harvard itu, yang menghabiskan malam di penjara setelah menyerah secara dramatis kepada pasukan garda nasional pada aksi protes Selasa.

Ini adalah puncak dari protes dua minggu yang penuh ketegangan di negara kaya minyak itu, yang dipimpin oleh mahasiswa yang marah atas pemenjaraan para demonstran dan ketidakpuasan lain terhadap pemerintahan sayap kiri Presiden Nicolas Maduro.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement