REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak AS melonjak ke tingkat tertinggi empat bulan pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena dampak musim dingin di AS dan meningkatnya kekhawatiran tentang stabilitas di beberapa negara pengekspor minyak utama.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret naik 2,13 dolar AS menjadi ditutup pada 102,43 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, harga penutupan tertinggi sejak 10 Oktober.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman April naik 1,28 dolar AS menjadi ditutup pada 110,46 dolar AS di London Intercontinental Exchange.
Cuaca dingin di sebagian besar Amerika Serikat telah memberikan dukungan terhadap harga minyak, karena persediaan minyak pemanas rumah terus menyusut. Harga minyak AS pekan lalu ditutup untuk pertama kalinya pada 2014 di atas 100 dolar AS per barel.
"Antara musim dingin yang akan bertahan sedikit lebih lama dan ketatnya persediaan minyak pemanas serta ekonomi yang kuat dan beberapa momentum kenaikan yang baik ... kita berada dalam tren kenaikan yang tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti," kata Addison Armstrong, direktur riset pasar di Tradition Energy.
Sementara cuaca dingin pekan ini diperkirakan di beberapa kota di AS, badan meteorologi memperkirakan ledakan cuaca dingin lainnya setelah itu.
Matt Smith, analis di Schneider Electric, mengatakan "kantong-kantong ketegangan geopolitik" juga merupakan faktor dalam lonjakan terbaru harga minyak.
Smith menunjuk ke produksi "lemah" di Libya, di mana kerusuhan politik dan blokade terminal-terminal ekspor minyak telah menekan produksi selama berbulan-bulan.
Analis juga menyebutkan Nigeria, Sudan Selatan dan Venezuela sebagai negara-negara di mana produksi mereka telah dibatasi atau menghadapi ketidakpastian akibat konflik politik.