REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral telah mengadakan konsultasi pasar (market consultation) untuk menawarkan proyek pembangunan kilang minyak di Tanah Air, Selasa (11/2) di Hotel Shangri-La, Singapura.
Berdasarkan keterangan pers yang diterima ROL, Kamis (13/2), pertemuan dihadiri oleh perwakilan dari 30 perusahaan yang bergerak di bidang perminyakan dan industri. Perusahaan-perusahaan yang hadir berasal dari Asia Pasifik, Timur Tengah dan beberapa wilayah lainnya.
Dalam sambutan yang disampaikan Wakil Menteri Keuangan II Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro dan Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo, keduanya menekankan bahwa Pemerintah Indonesia akan mendukung penuh proyek pembangunan ini. Bambang menyebut proyek ini adalah salah satu proyek investasi yang masif di dalam negeri. Sementara Susilo mengatakan, keberadaan kilang baru akan berkontribusi menopang ketahanan energi, khususnya minyak di Indonesia.
Kepala Pusat Pengelolaan Resiko Fiskal Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Freddy Saragih menjelaskan, konsultasi pasar dilakukan untuk mendengar respon dan masukan investor terkait pembangunan kilang minyak. Pemerintah telah menyiapkan lokasi pembangunan kilang yaitu di Bontang, Kalimantan Timur. Proyek pembangunan akan dilaksanakan dengan skema kerja sama pemerintah dan swasta (public private partnership/PPP).
"Responnya sangat positif. Mereka mengharapkan kita siapkan proses selanjutnya. Investor pun bertanya, kapan lelang akan dibuka?," kata Freddy.
Freddy mengatakan, pemerintah akan segera melakukan tindaklanjut dalam sebuah pertemuan yang dihelat maksimal pekan depan. Pertemuan diperlukan untuk menyinkronkan hasil market consultation kemarin sekaligus menghasilkan rekomendasi tindak lanjutnya. "Yang terlibat interdepartemen karena juga melibatkan Pertamina dan BKPM. Karena ini tidak hanya berkaitan dengan fiskal, melainkan juga aspek teknis," katanya.
Lebih lanjut, Freddy mengatakan, di sela-sela konsultasi pasar, dilakukan pertemuan dengan enam perusahaan lintas negara yang benar-benar serius. Keenam perusahaan antara lain empat perusahaan asal Jepang, satu perusahaan asal Inggris dan satu perusahaan asal Mesir. Peminatan yang tinggi dari perusahaan jepang, ujarnya, tak lepas dari kondisi keuangan yang kuat serta komitmen untuk mendukung ketahanan energi di dalam negeri.