Kamis 13 Feb 2014 09:48 WIB

Ekonomi Jerman Diproyeksi Tumbuh 1,8 Persen

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Kanselir Jerman Angela Merkel
Kanselir Jerman Angela Merkel

REPUBLIKA.CO.ID,  BERLIN -- Pemerintah Jerman mengharapkan pertumbuhan ekonomi tahun ini jauh lebih baik dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya. Baiknya ekonomi Jerman akan bermanfaat bagi Eropa secara keseluruhan.

"Ekonomi Jerman telah bergerak ke posisi yang stabil dan berbasis luas," ujar Menteri Ekonomi Jerman, Sigmar Gabriel, dalam laporan ekonomi tahunan pemerintah, seperti dilansir laman AFP, Kamis (13/2).

Didorong oleh permintaan domestik, produk domestik bruto (PDB) Jerman diproyeksikan tahun ini sebesar 1,8 persen. Pada 2915, pertumbuhan diharapkan bisa mencapai dua persen.

Meningkatnya momentum pertumbuhan ekonomi negeri Bavaria ini bukan hanya menjadi kabar baik bagi Jerman, tetapi juga bagi Eropa. Ekonomi Jerman sedang bergerak untuk mengoreksi ketidakseimbangan ekonomi di kawasan euro.

Impor Jerman diperkirakan akan naik lebih cepat dibandingkan tahun ini. Akibatnya, neraca transaksi berjalan Jerman akan menipis. "Naiknya impor dan peningkatan investasi luar negeri akan membantu pemulihan ekonomi Eropa," kata Gabriel.

Pernyataan ini ia sampaikan menyusul kritik baru-baru ini tentang baiknya ekonomi Jerman terjadi karena mengorbankan anggota euro yang lebih lemah. Namun pemerintah Jerman membantah hal tersebut dan menyebutkan surplus yang tinggi mencerminkan daya saing perusahaan di Jerman.

Pengangguran di Jerman saat ini berada di posisi terendah sepanjang sejarah. Jumlah pekerjaan juga meningkat ke rekor baru menjadi 42,1 juta jiwa.

Perkiraan terbaru Jerman sedikit optimistis dibandingkan dengan proyeksi dana moneter internasional (IMF) dan bank sentral Jerman, Bundesbank. IMF memproyeksikan pertumbuhan Jerman sebesar 1,6 persen sementara bank sentral sedikit lebih tinggi, yaitu 1,7 persen.

Pemerintah tetap optimistis dengan target pertumbuhan ini. Bahkan, sejumlah pihak memproyeksikan Jerman dapat tumbuh dua persen tahun ini.

Meskipun demikian, Gabriel memperingatkan ada risiko penurunan. Risiko ini bisa bersifat eksternal seperti pelemahan ekonomi Eropa atau perubahan aturan di pasar keuangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement