Senin 10 Feb 2014 16:05 WIB

Perajin Rotan Keluhkan Ekspor Ilegal Bahan Baku

Rep: Lilis Handayani/ Red: Nidia Zuraya
Perajin Rotan
Foto: Antara
Perajin Rotan

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON –- Para perajin mebel rotan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengeluhkan maraknya ekspor bahan baku rotan. Kondisi itupun dinilai menjadi ancaman bagi produk mebel rotan dalam negeri.

 

Ketua Masyarakat Pekerja Pengrajin Rotan Seluruh Indonesia (MPPRSI), Badrudin, menyebutkan, bahan baku rotan yang diekspor secara ilegal itu sebagian besar berasal dari Kalimantan. Sedangkan negara yang menjadi tujuan ekspor bahan baku ilegal tersebut adalah Cina. ‘’Padahal Cina merupakan pesaing utama Indonesia dalam ekspor mebel rotan ke luar negeri,’’ ujar Badrudin, Senin (10/2).

 

Badrudin mengungkapkan, Indonesia pernah merajai pasar mebel rotan di luar negeri sebelum 2005. Namun, saat pemerintah membuka keran ekspor bahan baku rotan, kondisi itu langsung berbalik 180 derajat karena pasar dunia produk mebel rotan direbut Cina.

 

Pemerintah kemudian menutup kembali ekspor bahan baku rotan dengan terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan No 35/2011 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan. Kondisi itu membuat Cina kelabakan karena tidak bisa mendapat bahan baku rotan. ‘’Kejayaan mebel rotan Indonesia mulai kembali bangkit,’’ tutur Badrudin.

 

Namun, lanjut Badrudin, Cina ternyata berupaya dengan segala cara untuk mendapatkan bahan baku rotan. Salah satunya dengan berusaha mencari selundupan bahan baku rotan dari Indonesia secara ilegal. Jika kondisi itu terus dibiarkan, tambah Badrudin, maka ekspor mebel rotan asal Indonesia akan kembali terancam. Dia meminta agar pemerintah bertindak tegas menghentikan kondisi tersebut.

 

Badrudin menyebutkan, saat ini ekspor mebel rotan dari Cirebon telah mencapai sekitar 1.900 kontainer per bulan. Jumlah itu jauh lebih tinggi dibandingkan saat ekspor bahan baku rotan diizinkan, yakni sekitar 500-800 kontainer per bulan.

 

Badrudin mengakui, pencapaian eskpor mebel rotan dari Cirebon masih belum seperti masa kejayaan sebelum 2005 yang mencapai 4.000 kontainer per bulan. Namun, dia optimistis pencapaian volume ekspor itu akan terus meningkat jika didukung semua pihak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement