REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan kredit PT Bank Tabungan Negara, Tbk (BTN) pada 2013 tidak mencapai target yang ditetapkan. Pertumbuhan kredit mencapai 23,41 persen, padahal targetnya sebesar 25 persen. Kondisi ekonomi pada 2013 menjadi alasannya. Kredit yang disalurkan BTN pada 2013 sebesar Rp 100,46 triliun. Sedangkan pada 2012 posisinya masih Rp 81,41 triliun.
Pertumbuhan kreditnya memang tidak sesuai target, tetapi masih di atas pertumbuhan rata-rata industri. "Faktornya adalah kondisi makro pada semester II-2013 banyak gejolak ekonomi yang ujungnya pengetatan likuiditas," kata Direktur Utama BTN Maryono dalam Paparan Kinerja Bank BTN Triwulan IV-2013, Senin (10/2). Untuk tahun ini, target kredit BTN sesuai ketentuan BI, yakni tumbuh 17-18 persen, atau mencapai Rp 109,4 triliun.
Mayoritas portfolio kredit BTN pada 2013 masih berada pada segmen perumahan. Lebih dari 86 persen komposisi kredit BTN disalurkan pada segmen perumahan. Sisanya sebesar 13 persen untuk segmen di luar perumahan.
Maryono mengatakan, dari kredit pada segmen perumahan, kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar Rp 67,98 triliun, yang terdiri dari 58,18 persen KPR nonsubsidi dan sisanya atau 41,82 persen untuk KPR subsidi. "BTN tetap konsentrasi di perumahan. Konsentrasi BTN pada KPR nonsubsidi cukup besar sehingga bisa mendorong KPR keseluruhan," ujarnya.
Maryono mengatakan, KPR pada kuartal IV-2013 terdistorsi karena peningkatan suku bunga dan peraturan BI pada LTV. Total penyaluran kredit baru pada kuartal IV-2013 sebesar Rp 11,49 triliun. Angka tersebut lebih rendah dari kuartal IV-2012 yang sebesar Rp 11,66 triliun. Maryono menjelaskan, pada kuartal IV-2013, BTN melakukan pemindahan KPR atau sekuritisasi ke SMF sebesar Rp 1 triliun.