Senin 10 Feb 2014 13:19 WIB

Bank DKI Targetkan Laba Rp 1 Triliun

Dirut Bank DKI, Eko Budiwoyono
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Dirut Bank DKI, Eko Budiwoyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski berbagai prediksi memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2014 hanya akan berada pada kisaran maksimal 5,5 persen, Bank DKI tetap mencanangkan target pertumbuhan kinerja yang optimistis. Penyaluran kredit ditargetkan tumbuh 27,2 persen dengan memilih sektor yang tidak rentan terhadap guncangan perekonomian Indonesia seperti sektor retail. Dana Pihak Ketiga ditargetkan tumbuh 37,5 persen. 

“Tahun 2014, Bank DKI juga menargetkan peningkatan aset menjadi Rp 37 triliun dan pencapaian laba psikologis sebesar Rp 1 triliun,” kata Eko Budiwiyono, direktur Utama Bank DKI di Jakarta, Senin (11/02).

Untuk mencapai target tersebut, Eko Budiwiyono menuturkan akan membuka 76 kantor dengan rincian  37 Kantor Layanan setingkat Kantor Cabang dan Capem untuk memperkuat basis operasi PT. Bank DKI di wilayah Jabotabek dan beberapa kota besar di Indonesia seperti Medan, Balikpapan, Papua dan Gresik. Selain itu juga akan dioperasionalkan 39 Gerai Usaha Mikro di berbagai wilayah Jabotabek, Surabaya, Solo, Bandung, Makasar, Palembang dan Pekanbaru.

Eko Budiwiyono menuturkan Bank DKI juga akan melakukan ekspansi kredit yang sehat melalui membidik sektor komersial baik korporasi maupun menengah sebagai engine of growth. dan sebagai engine of profitabilitynya  kredit konsumer, seperti Kredit Multi Guna. ”Kredit mikro – retail juga akan terus digalakkan dengan menawarkan produk Monas25, Monas75 dan Monas500 dan dalam skim syariah bernama Laris25, Laris75, dan Laris500.

Untuk meningkatkan pelayanan, Bank DKI juga akan menambah serta menyempurnakan fitur terhadap existing produk dan peluncuran produk ataupun aktivitas baru seperti priority banking, Tabungan bisnis dan lainnya.  ”Meningkatkan fee based income terhadap pendapatan operasional melalui berbagai sumber seperti transaksi ATM, Jakcard, Cash Management, aktivitas kliring, RTGS dan KU, money changer, jasa layanan ekspor impor, fee dari kerjasama dengan perusahaan asuransi dan sebagainya” ujar Eko seperti dikutip dari siaran pers Bank DKI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement