REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2014 akan berada di kisaran 5,2-5,8 persen. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan target yang ditetapkan pemerintah bersama DPR dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 yaitu 6,0 persen.
"Ini adalah proyeksi realistis. Artinya, melihat tingkat kesulitan yang dihadapi pemerintah sekarang, termasuk menjelang pemilu. Sehingga, untuk tumbuh mendekati 6,0 persen relatif masih sulit," ujar Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia Didik J Rachbini.
Didik menyampaikannya dalam temu pers Kadin bertajuk 'Catatan Awal Tahun: Kepemimpinan Ekonomi Baru 2014' di Menari Kadin Indonesia, Jakarta, Senin (27/1).
Didik menjelaskan, penyelenggaraan pemilu pada dasarnya tidak akan berpengaruh besar terhadap kegiatan perekonomian. Terlebih, Indonesia telah berulang kali melalui pesta demokrasi dengan mulus. "Politik walaupun riuh, tapi ekonomi bertumbuh. Pengusaha sudah bisa menemukan jalannya sendiri," kata Didik.
Didik lebih menekankan pentingnya akar-akar permasalahan yang mendera perekonomian negeri dituntaskan. Misalnya subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang terus melonjak hingga ketersediaan infrastruktur yang memadai. "Kalau hal-hal yang kami usulkan diubah, potensi pertumbuhan kita di atas 6-7 persen," kata Didik.