Jumat 24 Jan 2014 01:58 WIB

Suarakan Pencapaian Indonesia, Gita absen di Palembang

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan memberikan paparan terkait kinerja ekspor di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (3/1).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan memberikan paparan terkait kinerja ekspor di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (3/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gita Wirjawan memastikan tidak ikut ambil bagian dalam debat peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat yang digelar di Palembang pada 27 Januari karena mewakili Indonesia dalam World Economic Forum 2014 di Davos, Swiss.

Hadir di WEF dalam kapasitas Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan berkepentingan untuk menjaga momentum Indonesia dalam bidang ekonomi dan perdagangan, serta memaparkan gagasan baru kepada para pemimpin dunia untuk berbagai isu global, termasuk tindak lanjut Paket Bali di pertemuan mini tingkat Menteri Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

"Saya meminta maaf kepada seluruh peserta konvensi, panitia dan pendukung atas ketidakhadiran saya dalam calon presiden Partai Demokrat yang digelar di Palembang pada 27 Januari karena membawa nama Indonesia di ajang WEF di Davos, Swiss," ujar Gita Wirjawan di Jakarta, Kamis (23/1) malam ini.

Ajang WEF, lanjut Gita, merupakan kesempatan Indonesia menunjukkan kemampuan dalam merespon tekanan ekonomi dunia. Ekonomi Indonesia terbukti tahan bahkan terus tumbuh secara signifikan. Sejumlah pertemuan pada WEF juga sangat penting karena merupakan lanjutan dari kesepakatan WTO ke-9 di Bali.

Paket Bali adalah perjanjian dagang yang dihasilkan oleh Konferensi Menteri Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) ke-9 di Bali, Indonesia, pada tanggal 3–6 Desember 2013, ditambah satu hari yang berakhir tanggal 7 Desember.

Paket tersebut bertujuan melonggarkan batasan perdagangan global sekaligus kesepakatan pertama yang disetujui oleh semua anggota WTO. Paket ini adalah bagian dari Putaran Pembangunan Doha yang dimulai tahun 2001.

Menurut perkiraan Peterson Institute for International Economics, jika pasal bea cukai di perjanjian ini benar-benar diterapkan, aktivitas ekonomi global akan mencapai 1 dolar AS triliun, jumlah lapangan pekerjaan naik menjadi 21 juta, dan biaya perdagangan internasional turun 10–15 persen.

"Paket Bali yang tercapai merupakan kemenangan awal negara-negara berkembang. Jika Indonesia melewatkan pertemuan di WEF, momentum bagi kita akan terlewatkan. Sekali lagi, saya mohon maaf sekaligus memohon izin atas keberangkatan kami ke ajang WEF di Davos, Swiss," tuturnya.

Dalam catatan Gita, indeks daya saing Indonesia mengalami loncatan yang cukup signifikan sebanyak 12 peringkat pada tahun 2013. Berdasarkan data yang yang dilansir World Economic Forum (WEF) dalam The Global Competitiveness Report 2013-2014, Indonesia menempati  peringkat 38 dari 148 negara, sedangkan pada 2012-2013 Indonesia menempati posisi 50.

Meskipun naik 12 peringkat dari tahun sebelumnya, jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia masih menempati peringkat ke-5. Terdapat empat negara yang peringkatnya berada di atas Indonesia yaitu Singapura (urutan 2), Malaysia (24), Brunei Darussalam (26), dan Thailand (37). Sedangkan enam negara lainnya yang berada di bawah Indonesia ditempati Filipina (urutan 59), Vietnam (70), Laos (81), Kamboja (88), dan Myanmar (139).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement