REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Penjualan industri otomotif di Thailand diproyeksikan turun 13,6 persen menjadi 1,15 juta kendaraan pada 2014.
Presiden Direktur Toyota Thailand, Kyoichi Tanada memperkirakan ini akibat pertumbuhan ekonomi yang lambat yang mendorong lemahnya daya beli masyarakat.
"Setelah shutdown, kami (Toyota) hanya memiliki sedikit pengunjung di showroom kami. Kami siap untuk mengurangi produksi mobil jika terus dipengaruhi situasi politik seperti ini," ujar Tanada, dilansir dari Reuters, Selasa (21/1).
Toyota Thailand memproduksi sekitar 850 ribu mobil pada 2013, menjual 445 ribu unit untuk pasar lokal dan mengeskpornya 430 ribu unit ke luar Thailand. Tahun ini, Toyota Thailand menargetkan penjualan 400 ribu unit dan ekspor 445 ribu unit.
Ini akan menjadi tahun kedua berturut-turut penurunan penjualan industri otomotif setelah lonjakan penjualan hingga 80 persen pada 2012.
Pada saat itu pemerintah mendorong penjualan dengan memberikan subsidi bagi pembeli mobil pertama setelah banjir besar Thailand akhir 2011. Penjualan mobil domestik turun 7,7 persen menjadi 1,33 juta unit pada 2013, menurut data Federasi Industri Thailand (FTI).
Sementara itu, kondisi pengunjuk rasa di Thailand yang sudah berlangsung selama dua bulan terus berusaha menjatuhkan pemerintah Thailand. Mereka memaksa Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra untuk meletakkan jabatan.