REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir naik pada Jumat (17/1) atau Sabtu (18/1) waktu Indonesia. Kenaikan ini terjadi karena pelemahan di Wall Street setelah laba perusahaan mengecewakan dan penurunan sentimen konsumen mendukung daya tarik investasi logam mulia.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Februari, menurut laporan Xinhua, meningkat 11,7 dolar AS atau 0,94 persen menjadi menetap di 1.251,9 dolar AS per ounce. Harga emas mengakhiri minggu ini 0,4 persen lebih tinggi, tingkat tertinggi sejak 11 Desember.
Kenaikan harga tersebut dipengaruhi dari kuatnya kinerja pembangunan rumah baru di AS. Sektor properti itu sempat jatuh pada Desember, tetapi kemudian menguat, terhitung sejak tahun 2007. Produksi industri Desember tumbuh sejalan dengan perkiraan konsensus tetapi sentimen konsumen menurun pada Januari.
Menurut analis pasar, investor mempertimbangkan data ekonomi terbaru AS untuk mengukur daya tarik investasi emas. Data izin bangunan dan sentimen konsumen yang gagal memenuhi harapan telah memberikan kelangsungan hidup bagi emas.
Perkiraan bank investasi dalam beberapa hari terakhir umumnya telah suram pada prospek harga emas tahun ini, tetapi ada beberapa analis bertaruh harga emas malah akan reli. Perak untuk pengiriman Maret naik 25 sen atau 1,25 persen menjadi ditutup pada 20,304 dolar AS per ounce.