Jumat 10 Jan 2014 05:15 WIB

Harga Minyak Turun Tertekan Kekhawatiran Percepatan Tapering

Layar TV di lantai Bursa New York, berisi pengumuman kebijakan Bank sentral AS atau The Federal Reserve (Fed) pada Rabu (18/12).
Foto: AP/Richard Drew
Layar TV di lantai Bursa New York, berisi pengumuman kebijakan Bank sentral AS atau The Federal Reserve (Fed) pada Rabu (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak terus menurun pada Kamis (Jumat pagi WIB), karena data pekerjaan AS yang optimis memicu kekhawatiran bahwa The Fed dapat mempercepat langkah-langkahnya dalam mengurangi stimulus (tapering).

Minyak mentah light sweet untuk pengiriman Februari turun 67 sen menjadi ditutup pada 91,66 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari kehilangan 76 sen menjadi menetap pada 106,39 dolar AS per barel di perdagangan London.

Angka pendahuluan untuk klaim pengangguran awal disesuaikan secara musiman turun 15.000 menjadi 330.000 pada pekan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis .

Serangkaian data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis baru-baru ini memperkuat spekulasi bahwa The Fed dapat mempercepat keluar dari program pembelian obligasi besar-besarannya.

Selain itu, risalah pertemuan kebijakan terbaru The Fed pada Desember menunjukkan bahwa sebagian besar pejabat The Fed mendukung pengurangan program pembelian obligasi.

Apa yang disebut "tapering" (pengurangan stimulus) bank sentral AS kemungkinan akan meningkatkan greenback, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain, sehingga meredam permintaan untuk minyak.

Menurut laporan dari Badan Informasi Energi AS (EIA), unit statistik Departemen Energi AS (DoE), persediaan bensin AS meningkat lebih dari yang diperkirakan dalam pekan yang berakhir 3 Januari, mencapai tingkat tertinggi sejak Maret tahun lalu. Permintaan yang lemah untuk bahan bakar menempatkan banyak tekanan pada pasar minyak.

Sementara itu, harga minyak menghadapi tekanan lebih lanjut karena Libya meningkatkan produksi minyak mentahnya dalam beberapa hari terakhir.

sumber : Antara/Xinhua
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement