REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia berakhir lebih rendah pada Senin (Selasa pagi WIB), karena aksi ambil untung dan kekhawatiran bahwa persediaan minyak AS akan meningkat kembali pada awal 2014 setelah penurunan baru-baru ini.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari turun 1,03 dolar AS menjadi ditutup pada 99,29 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari turun 97 sen menjadi menetap di 111,21 dolar AS per barel di perdagangan London.
WTI pada Jumat (27/12) ditutup di atas 100 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Oktober menyusul data ekonomi AS yang kuat, termasuk penurunan besar mengejutkan dalam persediaan minyak AS. Minyak mentah WTI menembus tingkat psikologis penting 100 dolar AS setelah minyak merosot ke 92,61 dolar AS per barel pada 28 November.
Tetapi Gene McGillian, pialang dan analis di Tradition Energy, mengatakan masih belum jelas apakah penurunan stok minyak AS baru-baru ini mencerminkan peningkatan riil permintaan. Penyuling (kilang minyak) biasanya mengurangi persediaan minyak mentah pada akhir tahun dalam rangka untuk memenuhi syarat aset lebih sedikit guna keperluan pajak.
"Jika ini hanya pemotongan persediaan untuk keperluan pajak, pasar mungkin berlebihan," kata McGillian.
Kenaikan persediaan minyak pada awal 2014 bisa mengambil kembali dorongan reli, kata McGillian . "Pasar melihat sedikit aksi ambil untung," tambahnya.
Para analis juga mengutip komentar dari perusahaan minyak nasional Libya bahwa beberapa operasi minyak di negara itu telah dimulai kembali. Namun, ekspor minyak Libya tetap dibatasi karena blokade selama berbulan-bulan di negara Afrika Utara itu.
Penyeret pasar minyak lainnya adalah berakhirnya pemogokan di lima kilang minyak Total di Prancis pada Jumat, setelah berlangsung hampir dua minggu.
Andrew Lipow, presiden perusahaan konsultan Lipow Oil Associates, mengaitkan penurunan pada Senin dalam harga bensin dan solar terhadap berakhirnya pemogokan di Prancis.
"Cerita besar adalah bahwa pasar sedang terbebani oleh pelemahan dalam produk-produk minyak," kata Lipow. "Itu sebuah refleksi langsung dari beroperasinya kembali kilang Prancis, menambah pasokan produk di Eropa, yang tentunya berdampak pada pasar di sini."