REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menargetkan bisa meraih tingkat kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) sebesar 2,5 sampai dua persen pada 2014.
"Angka perkiraan ini jauh lebih baik dibanding 2013 yang diperkirakan di bawah empat persen," kata Direktur Utama BTN, Maryono di Jakarta, Senin (30/12).
Maroyono mengatakan, BTN serius melakukan penurunan NPL dan hasilnya pun mulai terlihat bagus. Ia optimistis tahun depan NPL bisa turun menjadi 2,5 persen sampai 2 persen.
Menurut dia, sejumlah strategi telah dilakukan perseroan untuk memperbaiki kualitas kredit dan menurunkan NPL. Antara lain menagih dan menjual aset kredit bermasalah.
Dari jumlah aset kredit bermasalah yang dilelang sebesar Rp 600 miliar, sekitar 16 persennya telah laku terjual.
"Kami lelang aset yang bermasalah. Yang masih menunggak pun rumahnya kami taruh stiker bahwa rumah ini bermasalah. Sehingga menjadi terapi kejut bagi pemiliknya," tegas dia.
Jika program penurunan NPL ini berhasil, ujarnya, maka akan menjadi salah satu penyumbang laba perseroan yang tahun depan ditargetkan lebih dari Rp 2 triliun.
Jumlah tersebut naik dari perkiraan laba bersih BTN tahun ini yang sekitar Rp 1,5-1,7 triliun.
"Kinerja tahun ini tetap on the track. Sementara tahun depan meski pertumbuhan kredit akan melambat dibandingkan tahun ini tetapi laba bersih tetap bisa meningkat dengan fokus pada fee based income. Sedangkan penjualan aset kredit bermasalah akan masuk ke pendapatan lain-lain," katanya.