Jumat 27 Dec 2013 16:00 WIB

Nokia-Microsoft Merger, Produsen Smartphone Cina Mengeluh

Rep: Friska Yolandha/ Red: Mansyur Faqih
Nokia
Nokia

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pembuat ponsel Cina mengeluh. Mereka meminta regulator untuk memastikan penjualan bisnis ponsel Nokia Oyj kepada Microsoft Corp senilai 5,44 miliar euro tidak akan meningkatkan harga yang lebih mahal untuk membeli paten teknologi nirkabel. 

Huawei Technologies Co dan ZTE Corp meminta Kementerian Perdagangan Cina untuk mengatur kondisi kesepakatan agar Microsoft tidak menaikkan biaya lisensi. Dikutip dari seorang sumber, kementerian tengah melakukan peninjauan kembali antimonopoli dalam kesepakatan tersebut.

Microsoft mengumumkan rencana pembelian bisnis ponsel Nokia pada September lalu setelah kedua perusahaan gagal merebut dominasi iPhone milik Apple Inc dan android milik Google Inc. Microsoft memenangkan penawaran penjualan Nokia pada 4 Desember sementara regulator memonitor kegiatan lisensi Nokia.

Juru bicara ZTE di Shenzen, David Dai menolak berkomentar. Sementara juru bicara Huawei yang berbasis di Shenzen, Huang Man mengaku tidak memiliki banyak informasi terkait hal ini.

Dalam surat keputusan merger yang dikutip Bloomberg, Jumat (27/12), Komisi Eropa akan terus memantau praktik lisensi pascamerger Nokia dan Microsoft. Keduanya tahun lalu dihadapkan pada komplain dari Google karena diduga memanfaatkan lisensi untuk kompetisi.

Sementara Samsung dan Apple mendominasi pengapalan smartphone, empat vendor Cina menjadi tujuh besar produsen ponsel di dunia. Lembaga IDC Reasercher mengungkapkan, Huawei menempati posisi ketiga setelah Samsung dan Apple dengan market share sebesar 4,8 persen.

Setelah itu disusul Lenovo Group Ltd dengan pangsa pasar 4,7 persen, China Wireless Technologies Ltd, dan ZTE. Posisi kelima diisi perusahaan Korea, LG Electronics Inc.

Baik Huawei mau pun ZTE mengoperasikan sistem android dan Windows. Pada saat pengumuman akuisisi, Huawei dan ZTE mengatakan masih berkomitmen membuat ponsel dengan sistem Windows. "Akuisisi tidak berdampak pada kerja sama kami dengan Microsoft," ujar Juru Bicara Huawei, Scott Sykes. 

ZTE akan terus mengembangkan lebih banyak ponsel berbasis Windows karena merupakan ekosistem terbuka. Selain itu konsumer memerlukan lebih banyak pilihan yang merepresentasikan Windows.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement