REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama pada Kamis (Jumat pagi WIB), dan naik ke tertinggi lima tahun terhadap yen karena meningkatnya perbedaan kebijakan bank sentral AS dan Jepang.
Bank sentral Jepang (BoJ) diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter ultra longgar atau bahkan menambah stimulus moneternya. Dikatakan pada pekan lalu setelah pertemuan dua hari, mereka akan mempertahankan langkah-langkah pelonggaran moneter sampai inflasi tahunan stabil di dua persen.
Di sisi lain, Federal Reserve AS pada pekan lalu mengumumkan pengurangan program pembelian asetnya dari 85 miliar dolar AS sebesar 10 miliar dolar AS mulai dari Januari dan itu tidak menutup kemungkinan pengurangan lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang.
Dolar naik setinggi 104,84 yen, mencapai tertinggi lima tahun dan melebihi tertinggi minggu lalu 104,63 yen.
Volume perdagangan pada Kamis rendah setelah sebagian besar pasar keuangan AS ditutup pada Rabu untuk libur Natal dan berbagai pasar di Eropa serta Amerika tetap ditutup pada Kamis.
Di sisi ekonomi, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim awal tunjangan pengangguran turun 42.000 menjadi 338.000 dalam pekan yang berakhir 21 Desember, Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada Kamis.
Namun, imbal hasil obligasi pemerintah AS berjangka waktu 10-tahun menembus tiga persen untuk pertama kalinya sejak September, karena lingkungan ekonomi berubah lebih aman, yang membatasi kenaikan dolar.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,3693 dolar dari 1,3683 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,6421 dolar dari 1,6397 dolar. Dolar Australia merosot menjadi 0,8891 dolar dari 0,8927 dolar.
Dolar dibeli 104,71 yen Jepang, lebih tinggi dari 104,27 yen dari sesi sebelumnya. Dolar naik menjadi 0,8963 franc Swiss dari 0,8954 franc Swiss dan naik tipis menjadi 1,0641 dolar Kanada dari 1,0630 dolar Kanada.