REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan suntik modal perbankan oleh bank sentral Cina merupakan cerminan kebijakan moneter emerging market yang fluktuatif dan variatif. Jika dibandingkan negara-negara maju, kata pengamat ekonomi UI, Muslimin Anwar, kebijakan moneter emerging market jelas berbeda.
Ini terjadi, jelas Muslimin, karena ekonomi di emergng market lebih cepat mengalami pemanasan dibandingkan negara maju. Jika semenjak 2010 Cina dan juga Brasil mulai menerapkan kebijakan moneter ketat guna merespons tren peningkatan inflasi, maka yang terjadi kini adalah sebaliknya.
"Cina mulai kembali melakukan kebijakan yang cenderung akomodatif guna merespons tren perlambatan yang terjadi dan kesulitan likuiditas di sektor perbankannya," kata Muslimin, Kamis (26/12).
Bank Rakyat Cina memutuskan memberikan suntikan modal kepada sistem perbankan hampir Rp 60 triliun. Tujuannya, untuk menghindari tingginya suku bunga bank yang sempat menyentuh 13 persen pada Juni 2013.