Kamis 19 Dec 2013 16:03 WIB

Ini Dampak Positif 'Tapering Off' Bagi Negara Berkembang

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)
Foto: sustainabilityninja.com
Kapal Kargo pengangkut kontainer komiditi ekspor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurangan stimulus moneter atau tapering off yang akan dilakukan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), the Federal Reserve, pada Januari 2014 dinilai dapat memperbaiki ekspor negara berkembang. Dengan adanya tapering off, berarti ekonomi AS tengah mengalami pemulihan.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Difi Johansyah, mengatakan tapering menunjukan solidnya pemulihan ekonomi AS yang merupakan ekonomi terbesar di dunia dan pasar bagi ekspor negara berkembang. "Pemulihan ekonomi AS ini akan mendorong ekspor negara berkembang dan mendorong recovery ekonomi dunia, bersama dengan pulihnya ekonomi Eurozone, Cina dan Jepang," ujar Difi, Kamis (19/12).

Hal tersebut berdampak positif bagi Indonesia. Ekspor Indonesia dapat meningkat. Difi mengatakan Indonesia harus memanfaatkannya dengan strategi meningkatkan dan diversifikasi ekspor, khususnya produk manufakturing.

Akan adanya pengurangan stimulus moneter telah diperkirakan sejak tahun lalu. Oleh karena itu, pasar keuangan sebenarnya sudah memperhitungkan dampak tapering dan sudah melakukan penyesuaian selama 2013.

Difi mengatakan, reaksi pasar keuangan global terhadap tapering relatif stabil karena pasar sudah memperhitungkan. Adanya pengurangan stimulus moneter juga berarti menghilangkan satu ketidakpastian yang membayangi ekonomi global.

BI memperkirakan dalam jangka pendek masih akan ada penyesuaian sektor keuangan. Penyesuaian ini akan berlangsung melalui penyesuaian capital flows dari negara berkembang ke negara maju, dan kecenderungan menguatnya dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement