REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak melemah sebesar 14 poin menjadi Rp 12.035 per dolar AS dibanding posisi Kamis (12/12) Rp 12.021.
"Rupiah masih melanjutkan pelemahannya meskipun Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk mempertahankan acuan suku bunga (BI rate) di posisi 7,5 persen," ujar Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Jumat (13/12).
Menurut Reza Priyambada, tampaknya pelaku pasar uang lebih memilih masuk pada mata uang yang lebih aman untuk menjaga nilai dan memiliki tren positif. "Mata uang dolar AS masih menjadi pilihan dengan tren kenaikan yang masih berlanjut menyusul kian dekatnya pembahasan pengurangan stimulus keuangan (tapering off)," kata dia.
Analis Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova mengatakan bahwa eksternal masih menjadi sentimen negatif bagi mata uang domestik meski fundamental ekonomi Indonesia cenderung baik. "Sebenarnya, pelemahan rupiah saat ini bukan karena fundamental ekonomi Indonesia, tetapi sentimen eksternal yang belum pasti terkait tapering off the Fed," ujar Ruly Nova.
Ia menambahkan, Bank Indonesia yang mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI rate) di posisi 7,5 persen mencerminkan inflasi Indonesia ke depan masih akan stabil dengan kecenderungan turun. "Diharapkan rupiah akan kembali menguat terhadap dolar AS menyusul fundamental ekonomi Indonesia masih positif," kata dia.