REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga riset investasi, UBS Investment Research, memproyeksikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) akan stabil di level 7,5 persen pada 2014. Pada 2015, BI Rate diproyeksikan turun sedikit menjadi 7,25 persen.
Rasio suku bunga acuan tahun depan sesuai dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. "BI telah cukup menaikkan BI Rate tahun ini," ujar Ekonom UBS Investment Research Edward Teather, Kamis (12/12). Proyeksi UBS sudah mempertimbangkan proyeksi BI Rate yang diputuskan BI hari ini, yaitu tetap di 7,5 persen.
Senada dengan pemerintah, UBS juga melihat adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi di 2014. Ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,2 persen di 2014 dari proyeksi 2013 sebesar 5,6 persen. Indonesia mempertahankan pertumbuhan 5,2 persen di 2015.
Perlambatan ekonomi ini diharapkan bisa mengurangi defisit neraca perdagangan. UBS melihat akan ada penurunan defisit dari 3,8 persen menjadi 2,8 persen. "Tahun berikutnya defisit turun menjadi 1,8 persen," kata Theater.
Pemilihan umum (pemilu) akan memberi arti tersendiri untuk pertumbuhan ekonomi nasional. Theater mengatakan, pemilu akan sedikit mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya pemilu akan meningkatkan konsumsi domestik, terutama calon legislatif. Namun pertumbuhan selanjutnya akan bergantung siapa yang menjadi pemimpin negara.
Pemimpin negara selanjutnya diharapkan mengeluarkan kebijakan-kebijakan dan iklim yang memudahkan investasi di Indonesia. Hal tersebut bertujuan agar investor lebih nyaman berinvestasi di Indonesia. Pertumbuhan investasi tahun depan diperkirakan akan tertekan. Hal ini disebabkan oleh tingginya kredit akibat naiknya suku bunga acuan sepanjang tahun ini.
Investasi juga masih terganjal prospek ekspor komoditas. Masih rendahnya harga komoditas global membuat hasil bumi Indonesia belum lagi menjanjikan untuk menjadi pendorong surplus. Theater memperkirakan ekspor komoditas baru membaik di 2015.
Selain pemilu, Indonesia juga perlu mewaspadai penarikan stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat, the Federal Reserve. Dorongan ekonomi dari pemilu akan diimbangi dengan penarikan stimulus the Fed yang diperkirakan dilaksanakan pada kuartal I 2014. Dampaknya akan terasa, terutama pada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Namun ini sifatnya sementara. Ekonomi akan membaik beberapa bulan setelah tapering off dan rupiah kembali menguat," ujar Theater. UBS memproyeksikan rupiah berada di level Rp 12 ribu di sepanjang 2014.