Selasa 10 Dec 2013 11:09 WIB

ICAEW Prediksikan BI Kembali Naikkan Suku Bunga

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Suku bunga Bank Indonesia
Foto: IST
Suku bunga Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- The Institute of Chartered Accountants in England and Wales Chartered Accountants (ICAEW) dalam laporan terbarunya memprediksikan Bank Indonesia (BI) akan kembali meningkatkan suku bunga.

Hal itu didasari kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) yang lebih ketat pada 2014 ditambah dengan kekhawatiran tentang nilai rupiah. Dengan meningkatnya suku bunga, pertumbuhan Indonesia diprediksi mengalamai penurunan tipis dari 5,7 persen pada 2013 menjadi 5,6 persen pada 2014.

ICAEW juga menyebutkan di ASEAN akan terjadi penjualan aset jika Gubernur Bank Sentral AS, Federal Reserve, yang baru, Janet Yellen, kurang berpihak ke kebijakan moneter yang lebih longgar. Investor akan memberikan reaksi yang luar biasa dalam menanggapi hal tersebut.

Depresiasi mata uang yang ditimbulkan akan melemahkan kepercayaan investor, sehingga berdampak pada pendanaan dari pihak luar dan investasi, serta langsung mengubah kondisi perkreditan di kawasan ASEAN. ICAEW menyebutkan dampak yang signifikan dari kondisi ini akan dirasakan oleh beberapa negara, khususnya Indonesia dan Thailand, di mana arus masuk modal mengalami peningkatan sejak sejak krisis keuangan melanda.

Direktur Regional ICAEW Asia Tenggara, Mark Billington, mengatakan bank-bank sentral di ASEAN terus meningkatkan dana cadangan mereka selama satu dekade terakhir. Antisipasi tersebut seharusnya dapat membantu menanggulangi depresiasi mata uang.

"Upaya peningkatan dana cadangan tersebut diterapkan setelah krisis finansial ASEAN, di mana arus modal keluar yang cukup membuat terkejut kalangan pemerintahan, dan akan membantu pemerintah daerah untuk dapat menanggapi dengan lebih baik perubahan yang terjadi secara global," ujarnya.

Sementara itu, pulihnya pertumbuhan ekonomi di zona Eropa dan ekspansi yang menguat di AS memberi peluang bagi negara-negara ASEAN dalam melaksanakan reformasi ekonomi dan sosial. Di sisi lain, Cina berada dalam posisi soft landing. Itu menjadi momen bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia untuk dapat melakukan berbagai inisiatif dalam memperkuat jaringan perdagangan internasional serta investasi.

ICAEW menyatakan peningkatan permintaan dari zona Eropa dan Amerika Serikat akan ekspor ASEAN dapat membantu mengimbangi penurunan permintaan dari Cina dan Jepang. Meskipun tidak akan secara dramatis meningkatkan tingkat ekspor ASEAN, peningkatan ini akan memberi angin segar pertumbuhan ekspor yang belakangan melemah di kawasan ini. 

Kepala Ekonom ICAEW, Douglas McWilliams, mengataakan Pemilu presiden tahun depan membawa harapan untuk berbagai reformasi. "Untuk mengembangkan jaringan perdagangan internasional dan komitmen perbaikan infrastruktur serta pergerakan anti korupsi, namun pelaksanaan disiplin fiskal berpotensi menimbulkan kekhawatiran pasar finansial. Oleh karena itu, reformasi apapun yang akan dijalankan nantinya, harus dirancang dan diimplementasikan dengan sangat hati-hati,” paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement