REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan inflasi tahun depan dapat menyentuh angka 4,5 plus minus 1 persen. Untuk mencapai hal tersebut, faktor inflasi dari peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price) harus diminimalkan. Inflasi yang berasal dari volatile food pun harus dikendalikan.
"Pokoknya yang paling penting sekarang adalah menjamin inflasinya. Volatile food sebenarnya bukan penyumbang besar tapi harus dijaga," ujar Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro yang ditemui usai rapat koordinasi antara pemerintah dengan Bank Indonesia (BI), Jumat (6/12).
Bambang mengatakan, jika produksi hortikultura di dalam negeri tidak mencukupi, maka impor harus tetap dilakukan. "Kalau tidak mau impor, harus dibuktikan produksi dalam negerinya memadai dengan segala cara," ujar dia.
Pemerintah berharap inflasi pada 2016-2018 dapat ditekan. Bambang mengatakan angka inflasi pada 2018 ditargetkan mencapai 3 plus minus 1 persen.
Dalam rakor dengan BI, pemerintah membahas mengenai inflasi. "Intinya yaitu evaluasi pencapaian inflasi 2013, sasaran ke depan dan tim pengendalian inflasi pusat dan daerah," ujar Menteri Perekonomian Hatta Rajasa.
Di tempat yang sama, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan bahwa BI memproyeksikan inflasi mencapai 0,4-0,7 persen pada Desember 2013. Hal yang perlu diwaspadai adalah kenaikan harga cabai, beras, dan angkutan udara. "Biasanya itu akan medesak tapi kalau seandainya itu bisa terkendali inflasi akan di bawah 9 persen," ujar dia.