REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia telah menyatakan kesiapannya untuk membantu negara-negara berkembang dalam menghadapi gejolak ekonomi. Bantuan dapat berupa dukungan finansial atau pun pendampingan. Pengamat menilai belum saatnya Indonesia mencairkan pinjaman dari Bank Dunia.
Ekonom dan Direktur Pelaksana HSBC Indonesia, Ali Setiawan, mengatakan belum saatnya pinjaman dipergunakan karena Indonesia masih bertumbuh. Tahun ini Indonesia masih dapat tumbuh sedikitnya 5,6 persen. Selain itu investor masih tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. "Kita tidak akan memasuki jurang," ujar Ali dalam HSBC Global Economic Outlook 2014, Rabu (4/12).
Masyarakat Indonesia pun masih melakukan konsumsi kendati suku bunga sudah dinaikan. Bahkan regulasi-regulasi seperti aturan loan to value (LTV) juga tidak dapat sepenuhnya mengerem konsumsi. "Saya belum melihat kita dalam situasi memasuki krisis sehingga kita perlu menggunakan pinjaman ini," ujar dia.
Sementara itu, pemerintah dan Komisi XI DPR RI baru menyepakati anggaran Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk keanggotaan di beberapa lembaga keuangan internasional sebesar Rp 1,002 triliun. Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan dengan adanya penyertaan modal, Bank Dunia harus memperhatikan semua anggotanya termasuk Indonesia.
"Dengan itu, kita punya akses apabila kita membutuhkan pinjaman apakah untuk proyek apakah untuk yang lain," ujar dia.
Bambang mengatakan Indonesia membutuhkan hal tersebut walaupun tidak dalam kondisi krisis. Dana tersebut dapat dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur. "Kadang-kadang tidak cukup dari APBN," ujar dia.