Selasa 03 Dec 2013 07:34 WIB

Arab Saudi: Batas Produksi OPEC Tak Berubah

Logo OPEC
Logo OPEC

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Arab Saudi puas dengan harga minyak mentah saat ini serta tingkat pasokan dan permintaan global, menteri perminyakan mengatakan pada Senin, mengindikasikan bahwa OPEC tidak akan merubah pagu produksinya.

"Pasar mungkin sedang di posisi terbaik," kata Menteri Perminyakan Saudi Ali al-Naimi mengatakan kepada wartawan di Wina menjelang pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Rabu (4/12) untuk memutuskan besaran produksi mereka.

"Permintaan besar, pertumbuhan ekonomi membaik," kata Naimi, yang mewakili produsen minyak mentah terbesar di dunia.

Selusin negara anggota OPEC dari Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin secara bersama-sama menghasilkan sekitar sepertiga dari minyak mentah dunia dan memiliki pagu produksi 30 juta barel per hari -- sedikit di atas produksi saat ini.

"Pasokan dan permintaan berada dalam keseimbangan, persediaan berada dalam posisi yang baik," Naimi mengatakan di ibukota Austria, di mana OPEC bermarkas.

"Kami berada pada harga yang tepat sekarang .... Harga adalah keptusan pasar. Kami senang dengan apa pun yang ditentukan pasar," katanya menambahkan.

Arab Saudi menyatakan harga saat ini rata-rata 100 dolar AS per barel memberikan pendapatan yang diterima bagi produsen tanpa menekan terlalu berat pada konsumen.

Ketika ditanya apakah OPEC harus memangkas produksinya di tengah prospek peningkatan ekspor dari Iran setelah kesepakatan nuklir negara itu baru-baru ini, Naimi mengatakan: "Kenapa dipangkas? Permintaan ada."

Organisasi pemantauan energi Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi bahwa permintaan minyak mentah OPEC akan turun menjadi 29,10 juta barel per hari pada tahun depan dari 29,89 juta barel per hari saat ini -- di tengah kerusuhan Libya dan meningkatnya persaingan untuk kartel minyak.

Produksi Libya telah jatuh ke sekitar 250.000 barel per hari dibandingkan dengan produksi biasanya 1,5 juta di tengah pertempuran mematikan antara kelompok pejuang garis keras dengan tentara.

Selain itu, OPEC menghadapi meningkatnya persaingan dari energi serpih (shale), dan pihaknya sendiri telah mengatakan bahwa perlu waktu bagi kartel minyak untuk menurunkan secara berkala hingga

2017, sebelum berbalik naik (rebound) sedikit pada 2018.

Ledakan produkis dalam gas dan minyak yang diekstraksi dari serpih batu yang ditemukan di seluruh dunia, terutama di Amerika Utara, telah memangkas biaya energi bagi banyak konsumen.

Sementara OPEC menyatakan bahwa ia memiliki peran penting untuk bermain dalam memenuhi kebutuhan minyak mentah dunia.

Memproduksi sekitar 35 persen dari minyak mentah dunia, kartel juga akan memutuskan di Wina tentang apakah akan menggantikan Abdullah El-Badri sebagai sekretaris jenderal.

Arab Saudi bersaing melawan Irak dan Iran untuk menggantikan posisi El-Badri, yang telah mengemudikan kartel melalui krisis keuangan dalam perannya sebagai kepala OPEC sejak 2007.

OPEC pada Desember tahun lalu memutuskan untuk mengangkat kembali warga Libya itu selama satu tahun lagi setelah para anggota gagal untuk menyepakati sekretaris jenderal baru.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement