Rabu 27 Nov 2013 16:34 WIB

Menkeu: Perdagangan Indonesia Tak Mungkin Surplus

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri menyatakan Indonesia tidak mungkin mengalami surplus perdagangan hingga akhir tahun. Namun ia meyakinkan defisit yang terjadi akan terus mengecil.

"Sampai akhir tahun akan defisit, tapi nilainya mengecil. Yang harus dilihat adalah tren defisitnya apakah mengarah ke perbaikan," ujar Chatib pada acara Investor Summit and Capital Market Expo 2013 di Jakarta, Rabu (27/11).

Kementerian memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan hingga akhir tahun akan berada di level 31-32 miliar dolar AS. Ini dengan asumsi penurunan impor, terutama di sektor minyak dan gas (migas) dan kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI). Di 2014, Chatib meyakini defisit akan lebih kecil lagi.

Chatib meminta masyarakat untuk tidak mengharapkan pertumbuhan tinggi tahun ini dan tahun berikutnya. Perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini sudah didesain pemerintah dalam rangka memperkecil defisit neraca transaksi berjalan. "Kalau mengharapkan pertumbuhan tinggi bisa di tahun 2015 oleh pemerintahan yang baru," kata Chatib.

Untuk menurunkan defisit neraca transaksi, pemerintah memiliki beberapa opsi di tengah permintaan yang tinggi. Pilihan pertama adalah dengan menurunkan permintaan atau menaikkan penawaran. Namun kenaikan penawaran tidak mungkin dilakukan tahun depan karena akan memerlukan waktu untuk produksi. Sehingga, pilihannya adalah menurunkan permintaan.

"Untuk menurunkan impor, pemerintah akan menaikkan pajak penghasilan untuk impor barang konsumsi," ujar mantan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini. Dalam waktu dekat aturan ini akan segera diluncurkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement