Rabu 27 Nov 2013 10:34 WIB

Pertumbuhan Kredit Impor Lampaui Ekspor

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan kredit impor pada perbankan di tanah air jauh melampaui pertumbuhan kredit ekspor. Pertumbuhan tertinggi terlihat pada kelompok bank persero.

Berdasarkan Statistik Perbankan yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), kredit impor per September 2013 tumbuh 86,4 persen year on year (yoy) menjadi Rp 65,8 triliun. Sedangkan kredit ekspor hanya dapat tumbuh 8,8 persen yoy dari Rp 50,6 triliun pada September 2012 menjadi Rp 55,1 triliun pada September 2013.

Kelompok bank persero mencatatkan pertumbuhan kredit impor tertinggi, yakni sebesar 235,2 persen yoy menjadi Rp 27,5 triliun. Disusul oleh kelompok bank asing dengan pertumbuhan sebesar 49,3 persen yoy menjadi Rp 16,3 triliun.

Kelompok bank campuran memiliki pertumbuhan kredit impor sebesar 42,3 persen menjadi Rp 7,02 triliun. Sedangkan kelompok bank swasta mencatatkan kredit impor sebesar Rp 14,9 triliun, atau tumbuh sebesar 33,5 persen.

Sementara itu, pertumbuhan kredit ekspor tertinggi dicatatkan oleh kelompok bank asing sebesar 24,5 persen yoy menjadi Rp 10,1 triliun. Kelompok bank swasta mencatatkan kredit ekspor sebesar Rp 13,3 triliun, tumbuh 23,7 persen yoy.

Kelompok bank persero hanya mampu mencatatkan pertumbuhan kredit ekspor sebesar 3 persen menjadi Rp 13 triliun. Sedangkan kelompok bank campuran hanya tumbuh 1,87 persen yoy menjadi Rp 18,5 triliun.

PT Bank Mandiri, Tbk mencatatkan kredit impor sebesar 46 miliar dolar AS, sedangkan kredit ekspor tercatat sebesar 41,9 miliar dolar AS. Direktur Komersial dan Bisnis Bank Bank Mandiri, Sunarso, mengatakan ekspor didominasi oleh komoditas. "Seperti tambang, minyak sawit dan karet," ujar Sunarso.

Untuk impor, Sunarso mengaku kredit impornya untuk barang modal dan barang mentah. Barang konsumsi hanya 6 persen dari keseluruhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement