REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Minat masyarakat Uni Emirat Arab (UEA) terhadap keuangan syariah meningkat. UEA memang masih berada di garis awal dalam mengembangkan keuangan syariah di negaranya.
"Tapi kami memiliki begitu banyak ruang untuk tumbuh. Peraturan dan pengambilan kebijakan adalah kunci dalam proses ini," kata Wakil Menteri Ekonomi UEA, Mohammed Al Shehhi seperti dikutip Gulf News, Selasa (26/11).
Dia mengatakan keuangan syariah adalah masa depan. Banyak bank konvensional telah bangkrut atau terimbas krisis keuangan global.
"Kita harus membangun perbankan syariah untuk generasi mendatang. UEA berpotensi menjadi pusat ekonomi Islam," kata CEO Standard Chartered UEA untuk wilayah Eropa, Timur Tengah dan Afrika, Sheikh Mohammed.
Dia menyebut perusahaan akan ditinggalkan jika mereka tidak siap untuk pertumbuhan perbankan syariah. "Dalam 10 tahun ke depan, jika Anda tidak memiliki strategi keuangan syariah, Anda akan berada dalam kesulitan," ucap Mohammed.
Pasalnya, ada peningkatan drastis atas permintaan keuangan syariah tidak hanya dari Muslim tetapi juga dari non Muslim. Dubai adalah kota terbaik untuk memanfaatkan sektor ini.
Anggota Senior Kantor Asing Persemakmuran Inggris, Baroness Warsi mengatakan pergeseran model keuangan Barat ke pasar berkembang menyajikan peluang bagi Inggris. "Stabilitas politik memainkan peranan penting bagi pertumbuhan semua negara-negara berkembang," kata Warsi.
Dia tidak melihat keinginan berbagai ibukota negara untuk menjadi pusat ekonomi Islam sebagai sebuah kompetisi. "Saya melihat Kuala Lumpur, Dubai, London dan Bahrain semuanya ingin bersama-sama mengembangkan keuangan syariah," ucapnya.
Keuangan syariah telah memberikan perbankan dengan etika dan moral. Hal tersebut memberikan kesempatan bagi Inggris untuk ikut terlibat secara ekonomis dengan lima persen dari populasi Muslimnya.