Senin 25 Nov 2013 11:19 WIB

Aset Keuangan Syariah Global Hanya 0,67 Persen

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
keuangan syariah/ilustrasi
Foto: alifarabia.com
keuangan syariah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Aset keuangan syariah global hanya 0,67 persen dari total aset keuangan global, padahal jumlah Muslim mencapai 23 persen dari populasi global. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa perbankan syariah kurang menggarap potensinya.

"Perbedaan besar persentase tersebut karena banyak umat Islam masih memanfaatkan keuangan konvensional," tulis Konsultan Keuangan Syariah, Mohammed Amin dalam laporannya seperti dikutip Zawya, Senin (25/11).

Presiden Bank Pembangunan Asia (ADB), Bank Takehiko Nakao mengatakan meski begitu keuangan syariah terus tumbuh. "Saya berharap tren ini akan berlanjut, Muslim menjadi lebih kaya dan penggunaan keuangan konvensional berkurang," ucapnya.

Menurutnya, keuangan syariah adalah salah satu segmen yang paling cepat berkembang dari sistem keuangan global. Di beberapa pasar pembangunan ADB, termasuk Bangladesh, Indonesia, Malaysia, dan Pakistan, sistem keuangan syariah telah berkembang. "Filipina dan beberapa negara Asia Tengah mencari cara membangun sistem keuangan syariah seperti mereka, karena sebagian besar aktivitas keuangan syariah di dunia terjadi di negara-negara anggota ADB," kata dia.

Tantangan bagi keuangan syariah bukan hanya pada sisi permintaan, tetapi juga pada sisi penawaran. Industri ini hanya dapat menawarkan produk dan layanan inovatif dan memperluas jangkauannya dengan kualitas dan kuantitas tepat.

Tantangan lainnya, ada kelangkaan tenaga keuangan syariah berkualitas. Keuangan syariah membutuhkan 50 ribu profesional pada 2015 di seluruh dunia. Kepala Eksekutif Bank London dan Timur Tengah, Humphrey Percy mengatakan kurangnya bakat-bakat keuangan syariah menunjukkan bank-bank syariah kurang menawarkan banyak produk dan layanan berbeda. Dia memprediksi keuangan syariah membutuhkan ribuan orang untuk bahan bakar pertumbuhan.

Malaysia, salah satu tujuan keuangan syariah paling mapan, akan membutuhkan 40 ribu orang pada akhir dekade ini. Indonesia, negara Islam terpadat, akan membutuhkan 17 ribu. orang selama beberapa tahun ke depan. Sekitar 7.800 pekerjaan baru akan dibuat pada bank syariah di UEA pada 2015 dengan asumsi rasio konsentrasi aktiva lancar tetap. Sebanyak 500 pekerjaan akan diciptakan pada 2015 di segmen jasa keuangan syariah UEA. Pada 2015, sektor jasa keuangan syariah di UEA akan berlipat ganda.dari sekitar 10 ribu karyawan menjadi 20 ribu karyawan.

Berdasarkan data Zawya, ada sekitar 400 ulama Islam berpengalaman dalam keuangan syariah, namun hanya 20 ulama yang dianggap memiliki keahlian di atas rata-rata. Pendiri Biro Ulasan Syariah, Yasser S. Dahlawi mengatakan beberapa lembaga merasa bahwa sarjana baru dan muda baru bisa menghambat kredibilitas, pemasaran produk, layanan dan citra mereka. "Argumen ini kurang tepat mengingat kebutuhan mendesak di industri keuangan syariah," ujarnya.

Dia merekomendasikan Organisasi Akuntansi & Auditing untuk Lembaga Keuangan Syariah (AAOIFI) dan Dewan Layanan Keuangan Syariah (IFSB) harus mengembangkan program bimbingan untuk mendorong tenaga segar syariah untuk memasuki industri.

Aspek penting lain dari pelatihan ulama adalah kesadaran komersial. "Hanya ada beberapa ulama yang dapat memberikan nasihat tentang keuangan dan asuransi syariah dalam dunia bisnis modern," kata Sarjana Syariah di Cobalt Underwriting, Sheikh Zubair Miah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement