REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (21/11), akan mencetak rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) menggaet 1.000 investor. Pemecahan rekor ini akan berlangsung di Gedung Sportorium Kampus UMY Tamantirto, Kasihan, Bantul.
Menurut Kepala Kantor BEI Perwakilan Yogyakarta, Irfan Noor Riza, pemecahan rekor ini bersamaan dengan Grand Opening "Galeri Investasi BEI-UMY dan First Asia Capital" di Kampus Terpadu UMY.
Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah investor dari dalam negeri. Saat ini investor yang warga Indonesia masih di bawah satu persen dari 240 juta penduduk Indonesia.
"Melihat kondisi ini pasar modal terus berkomitmen untuk melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai pasar modal Indonesia kepada publik. Sehingga paradigma masyarakat berubah dari masyarakat yang gemar menabung menjadi gemar berinvestasi," kata Irfan.
Sedang dosen Fakultas Ekonomi UMY, Moh Ma'ruf mengatakan belum banyaknya investor dalam negeri menanamkan uangnya ke pasar modal disebabkan masih ada keragu-raguan.
Masyarakat masih menilai jika berinvestasi di pasar modal hukumnya subhat (samar-samar kehalalannya). Sehingga masyarakat, khususnya yang beragama Islam cenderung menghindarinya.
"Sebelum membuka Galeri ini kami berkonsultasi dengan pak Yunahar Ilyas (Ketua PP Muhammadiyah, red)tentang hukum berinvestasi di pasar modal. Pak Yunahar mengatakan halal asalkan membeli saham dalam daftar Islamic Index. Karena itu, kami mau membuka galeri ini," kata Ma'ruf kepada RoL di Yogyakarta, Kamis (21/11).
Galeri ini, lanjut Ma'ruf, lebih banyak ditujukan untuk pembelajaran bukan mobilisasi modal. Pendaftaran menjadi investor cukup dengan Rp 100 ribu saja.
"Kalau biasanya, minimal nilai investasi Rp 1 juta, tetapi di galeri ini cukup Rp 100 ribu," kata Ma'ruf yang juga peneliti pada Pusat Pengembangan Ekonomi (PPE) UMY ini.