Senin 18 Nov 2013 14:54 WIB

Permintaan Sukuk Global Diprediksi Capai 900 Miliar Dolar AS

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Sukuk (ilustrasi).
Foto: alhudacibe.com
Sukuk (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Permintaan obligasi syariah (sukuk) global diprediksi mencapai 900 miliar dolar AS pada 2017. Jumlah tersebut meningkat pesat dari perolehan sukuk yang beredar pada akhir 2012 sebesar 240 miliar dolar AS.

Malaysia menjadi penerbit terbesar tahun lalu diikuti Arab Saudi. Meningkatnya permintaan sukuk sebagiannya didorong oleh keengganan menghadapi risiko menyusul krisis keuangan global yang terjadi. Sukuk populer karena didukung aset atau proyek-proyek nyata. Secara signifikan, mereka juga disukai oleh investor dunia.

"Fitur umum produk syariah, termasuk investasi syariah menghindari investasi pada perusahaan perjudian, alkohol, tembakau dan senjata," ujar CEO Sedco Capital, Hasan Al Jabri seperti dikutip Business Times, Senin (18/11). 

CEO Maybank Islamic Banking, Musaffar Hisyam menyebut hampir setengah dari pelanggan produk perbankan syariah di Malaysia adalah non Muslim. Menurut laporan PricewaterhouseCoopers (PwC) aset keuangan syariah global mencapai 1,6 triliun dolar AS pada 2012 dengan pertumbuhan rata-rata 20 persen pertahun sejak 2008. Pada 2020, aset keuangan syariah global diharapkan menyentuh angka Rp 6 triliun. Meski begitu, aset keuangan syariah global masih 1 persen dari total aset keuangan global. Sembilan negara menyumbang sekitar 90 persen aset keuangan syariah. Tiga negara penyumbang terbesar yakni Iran, Malaysia dan Arab Saudi.

Anggota Parlemen Inggris, Sajid Javid mengatakan keuangan syariah memiliki beberapa cara sebelum benar-benar menjadi mainstream. Pada Oktober lalu, Pemerintah Inggris menggemparkan dunia industri keuangan syariah lewat pernyataan Perdana Menteri Inggris, David Cameron yang ingin segera menerbitkan sukuk senilai 200 juta Poundsterling atau 401 juta dolar AS. Pasalnya ini akan menjadi sukuk pertama yang dikeluarkan negara Barat.

Cameron berambisi menjadikan Inggris sebagai pusat keuangan syariah terbesar di luar negara Muslim. "Saya ingin London berdiri di samping Dubai dan Kuala Lumpur sebagai salah satu ibu kota dengan keuangan syariah terbesar di dunia," kata dia.

Produk syariah sudah relatif maju di London. London memiliki 25 firma hukum yang menyediakan jasa di bidang keuangan dan perbankan syariah. Sebanyak 16 universitas Inggris menawarkan kursus keuangan syariah. "Sebagian investor London menuntut produk-produk keuangan yang lebih Islami. Kami menyediakan produk-produk syariah untuk menanggapi keinginan pasar," ucap Direktur Bisnis Internasional London & Partners, David Slater.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement