REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan, merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013.
Jika dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2013, pertumbuhan ditargetkan 6,3 persen, maka proyeksi pertumbuhan sepanjang 2013 diperkirakan hanya 5,7 persen.
"Ini lebih rendah dibanding 2012 sebesar 6,2 persen," ujar Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Boediarso Teguh Wibowo dalam acara Sosialisasi Perkembangan Ekonomi dan Fiskal Terkini di Surakarta, Kamis (14/11).
Sebagai gambaran, pertumbuhan ekonomi sampai triwulan III 2013 secara kumulatif tercatat 5,82 persen. Rinciannya, pertumbuhan triwulan I 6,03 persen, triwulan II 5,81 persen dan triwulan III 5,62 persen.
Menurut Boediarso, penurunan pertumbuhan ekonomi dalam negeri merupakan imbas dari dampak perekonomian global. Hal ini terlihat dari proyeksi ekonomi dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang berkali-kali merevisi pertumbuhan ekonomi global hingga hanya 2,9 persen. Atau turun dibanding realisasi 2012 3,2 persen.
"Ada banyak faktor (yang menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi global). Terutama perekonomian negara-negara maju yang belum pulih," kata Boediarso.
Di tengah perlambatan perekonomian global, ujar Boediarso, muncul ketidakpastian baru. Hal tersebut terkait dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) di berbagai negara maju, krisis utang Eropa, masalah fiskal di Amerika Serikat dan lain-lain.
Ketidakpastian lainnya juga dipicu oleh rencana Bank Sentral AS mengurangi tapering off."Akibatnya, terjadi gejolak nilai tukar dan pasar keuangan di emerging market. Dunia juga dihadapkan gejolak harga minyak dan komoditas sehingga memengaruhi banyak negara, termasuk Indonesia," kata Boediarso.
Menurut Boediarso, belum membaiknya pengaruh ekonomi global, berimbas pada perekonomian domestik. Tandanya adalah menurunnya kinerja ekspor, kebutuhan impor meningkat sehingga neraca perdagangan mulai defisit sejak 2012. Neraca transaksi berjalan mengalami tekanan, pun dengan neraca pembayaran yang melemah.