Kamis 14 Nov 2013 11:35 WIB

Wamendag Bantah Dikotomi Australia Soal Sapi

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
 Sapi impor asal Australia diturunkan dari kapal pengangkut di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (30/7).  (Republika/Aditya Pradana Putra)
Sapi impor asal Australia diturunkan dari kapal pengangkut di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (30/7). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Khrisnamurti membantah Indonesia berada dibawah kekuasan Australia mengingat impor sapi yang cukup besar dari negara tersebut. Kedua negara menurut dia tengah melakukan kerjasama yang saling menguntungkan.

Saat ini pemerintah tengah mendorong agar semakin banyak investor dari Australia yang datang ke Indonesia. Dengan demikian bisa dimanfaatkan untuk membangun industri peternakan menjadi lebih baik.

"Kerja sama ini banyak untungnya, kita juga bisa mengadopsi teknologi mereka yang lebih maju," ujarnya dalam seminar bertajuk  Protein Story Indonesian Beef & Dairy Seminar Potentials and Challenges ANZ, Kamis (14/11).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ANZ, kedua negara disarankan untuk memperjelas hubungan perdagangan terutama terkait industri peternakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap pasokan daging Australia masih akan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Australia berpotensi untuk mengekspor 467 ribu sapi bakalan pada tahun 2020 dan 689 ribu sapi bakalan di tahun 2030.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement