Senin 11 Nov 2013 12:09 WIB

Krisis Keuangan Global Buka Peluang Industri Syariah

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
keuangan syariah/ilustrasi
Foto: alifarabia.com
keuangan syariah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Keidakpastian ekonomi global telah menciptakan kesempatan bagi keuangan syariah terus berkembang dan memperluas ke dalam ekonomi baru. Pada ajang World Islamic Economic Forum (WIEF) yang diadakan di London pada akhir bulan lalu, Perdana Menteri Inggris, David Cameron mengumumkan niat Inggris  menjadi negara non Muslim pertama yang menerbitkan sukuk. Rencana tersebut dinilai sebagai latar belakang simbolis ambisi Inggris untuk menangkap pasar lebih besar.

Dubai menyatakan keinginannya untuk menjadi ibukota ekonomi Islam global. Ekonomi Islam diperkirakan bernilai total 8 triliun dolar AS, termasuk di dalamnya industri keuangan syariah. Wakil Presiden Uni Emirat Arab (UEA), Sheikh Mohammed bin Rashid telah menetapkan jadwal tiga tahun bagi Dubai untuk mencapai tujuannya.

Direktur Hukum DLA Piper Timur Tengah, Paul McViety mengatakan pertumbuhan keuangan syariah disebabkan berbagai faktor, namun pertumbuhan itu tidak akan mungkin terjadi tanpa perkembangan teknik keuangan kontemporer atau struktur yang mendukung industri. Teknik-teknik ini dikembangkan sesuai dengan prinsip Islam yang ketat.

"Mereka cenderung memiliki ketergantungan umum pada perdagangan atau transaksi yang melibatkan underlying asset sebagai bagian mendasar setiap kontrak Islam," ujarnya seperti dikutip The National, Senin (11/11). Penataan ini menghindari beberapa larangan mendasar yang dapat dikaitkan dengan jenis produk.

CEO Principal Financial Group, Larry Zimpleman mengatakan keuangan syariah menjadi pasar investasi alternatif yang berkembang pesat. Investasi syariah menarik minat investor di banyak negara kaya minyak dan asetnya diperkirakan mencapai 6,5 triliun dolar AS pada 2020.

Inggris mengambil langkah  pembentukan London Stock Exchange sebagai pusat keuangan syariah. "Ini bagian persaingan memasuki pasar jasa keuangan syariah yang mencakup populasi Muslim 1,6 miliar orang," ujarnya seperti dikutip DesMoinesRegister.com.

Krisis keuangan global mendorong pertumbuhan industri keuangan syariah. "Dunia barat juga bergabung dalam perlombaan memimpin pasar keuangan syariah," kata Mantan CEO CIMB Principal Islamic, Noripah Kamso.

Amerika Serikat (AS), kata Kamso, akan kehilangan kesempatan. jika tidak merangkul keuangan syariah. Menurutnya, AS tidak perlu mengganti sistem keuangan konvensional dengan syariah. AS hanya perlu menampilkan keuangan syariah sebagai alternatif.

Pendeta Prancis mengkritik kapitalisme biadab yang mengambil keuntungan dengan cara apapun. Pada Mei lalu, Pemimpin Yahudi mengeluarkan seruan pembaharuan etis pada September 2009 sebagai tanggapan terhadap skandal keuangan yang melibatkan pemimpin keuangan Yahudi, Bernard Madoff.

"Anda akan kehilangan peluang bisnis utama (di AS) karena tidak melakukan upaya maksimal untuk menangkap pertumbuhan menakjubkan di sektor keuangan syariah di seluruh dunia," ujar Presiden Pusat Pendidikan Keuangan Syariah Internasional, Daud Vicary Abdullah. Organisasinya telah memberikan 619 master dan doktor di bidang keuangan syariah sejak 2007.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement