Rabu 06 Nov 2013 16:41 WIB

'Leveraging' Mampu Percepat Pertumbuhan Bank Syariah

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Perbankan Syariah
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Perbankan Syariah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Model leveraging yang akan dipraktikkan tahun depan dinilai mampu mempercepat pertumbuhan perbankan syariah. Dengan model leveraging tersebut, nantinya bank-bank syariah mampu menjual produknya di kantor-kantor konvensional milik induknya.

Head of Syariah Permata Bank, Achmad K Permana mengatakan pangsa pasar perbankan syariah cenderung stagnan di angka hampir 5 persen. "Untuk itu butuh terobosan. Selama ini yang menikmati leveraging hanya Unit Usaha Syariah (UUS). Kalau leveraging diberlakukan untuk semua, maka akan mempercepat pertumbuhan," ujarnya, Rabu (6/11).

Namun, kata Permana, harus ada mekanisme internal yang harus dibangun antara induk dan anak perusahaan. Dia menyebut sejauh ini sistem office channeling yang telah diberlakukan belum berjalan efektif. "Masih bisa diefektifkan karena belum semua infrastruktur tergarap," ucapnya.

Permana menyambut baik adanya komitmen dari induk bank syariah untuk mendukung bisnis anak perusahaannya. Melalui fasilitas jaringan, diyakini perkembangan perbankan syariah akan sangat baik.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) tersebut mengatakan pada 2014, perkembangan industri perbankan syariah tidak akan sehingar bingar seperti di 2013. Di semester II 2013, laju pertumbuhan perbankan syariah sempat tersendat. "Di semester pertama 2014, bakal ada perbaikan sehingga di semester II diharapkan bisa lebih bagus," ujarnya.

Permana memproyeksi di 2014, industri perbankan syariah akan tumbuh sekitar 25 persen. Menurutnya pertumbuhan perbankan syariah harus lebih besar dibanding perbankan konvensional karena pangsa pasar perbankan syariah masih kecil.

Permata Syariah sendiri menargetkan 30 hingga 35 persen di 2014.  Pembiayaan Permata Syariah akan fokus ke Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Bank tersebut agak mengerem pembiayaan konsumer mengingat iklim ekonomi saat ini. "Booking pembiayaan kepemilikan rumah drop 50 persen," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement