Rabu 30 Oct 2013 15:55 WIB

Dahlan Bantah Pernah Menyarankan Penutupan Merpati Airlines

Salah satu pesawat terbang milik maskapai Merpati Airlines.
Foto: kampungtki.com
Salah satu pesawat terbang milik maskapai Merpati Airlines.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Dahlan Iskan membantah bahwa dirinya pernah menyampaikan ide untuk menutup operasional maskapai penerbangan PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati). "Saya tidak pernah menyimpulkan akan menutup Merpati. Tetapi itu (penutupan Merpati) merupakan kesimpulan dari kebijakan restrukturisasi Menteri sebelumnya," kata Dahlan, usai membuka Annual Pertamina Quality Awards 2013, di Gedung Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (30/10).

Menurut Dahlan, sebelumnya pemberitaan di sejumlah media massa bahwa dirinya berinisiatif menutup perusahaa penerbangan plat merah tersebut. "Ada yang bilang saya akan menutup Merpati. Padahal, sebelum saya menjadi Menteri keputusan penutupan itu sudah ada dalam program restrukturisasi BUMN," ujarnya.

Ia menambahkan, program restrukturisasi BUMN yang sudah ditetapkan sebelumnya tentunya juga harus dijalankan oleh Menteri berikutnya, sehingga pembahasan soal Merpati menjadi prioritas untuk diselesaikan. "Konsekuensi dari penutupan Merpati tentunya adalah soal karyawan. Saya pernah tawarkan pesangon bagi setiap karyawan diganti dengan dua hektar lahan sawit. Tapi umumnya tidak setuju," tutur Dahlan.

Dengan begitu diutarakannya, Kementerian BUMN selaku kuasa pemegang saham Merpati memberikan kesempatan untuk menyelamatkan perusahaan itu. "Saya setuju saja, tapi asalkan tidak meminta subsidi, tidak meminta suntikan dana. Manajemen Merpati sepertinya sanggup untuk mengelola perusahaan, silahkan," tegas Dahlan.

Saat ini perusahaan sedang menghadapi berbagai persoalan seperti beban utang yang masih sangat tinggi mencapai sekitar Rp 6 triliun. Kewajiban Merpati kepada sejumlah perusahaan meliputi PT Pertamina, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, serta PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). 

Belakangan Pertamina menghentikan pasokan avtur kepada Merpati karena total oustanding utang perusahaan itu sudah mencapai Rp 120 miliar. Sesuai perjanjian, Merpati hanya boleh berutang dalam pembelian avtur ke Pertamina maksimal Rp 100 miliar untuk satu rute penerbangan.

"Soal restrukturisasi utang Merpati, saya sangat setuju diselesaikan. Tetapi soal urusan dengan Pertamina, saya tidak ikutan. Biarkan direksi kedua perusahaan itu yang menyelesaikannya," ujar Dahlan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement