REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak global turun pada Selasa (29/10) atau Rabu (30/10) pagi WIB, karena para pedagang melakukan ambil untung dari kenaikan sebelumnya dan menunggu laporan stok AS yang diperkirakan menunjukkan peningkatan dalam persediaan.
Kontrak minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember di New York Mercantile Exchange, turun 48 sen menjadi ditutup pada 98,20 dolar AS per barel dan menghentikan tiga hari kenaikan beruntun.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember menetap di 109,01 dolar AS per barel, turun 60 sen dari penutupan Senin (28/10) di perdagangan London. "Saya yakin ada beberapa aksi ambil untung setelah reli pada Senin (28/10) sebagai reaksi terhadap berita di Libya terlalu dibesar-besarkan," kata David Bouckhout dari TD Securities.
Harga minyak naik pada Senin (28/10) karena para pedagang terus mengawasi kerusuhan baru para buruh di Libya yang mengancam produksi minyak negara anggota OPEC itu. WTI naik 83 sen per barel dan Brent melonjak 2,68 dolar AS. Setelah negosiasi yang dipimpin oleh kementerian perminyakan, para pengunjuk rasa berjanji untuk menghentikan blokade mereka atas produksi minyak, kata seorang juru bicara National Oil Corporation, Libya.
Pasar minyak mengantisipasi melemahnya laporan pada stok minyak mentah komersial dan produk-produk dari Departemen Energi AS, indikator mingguan permintaan energi di ekonomi terbesar dunia. "Para pedagang AS juga menunggu data persediaan mingguan yang diperkirakan akan menunjukkan penumpukan lebih lanjut dalam stok minyak mentah, namun persediaan produk lebih rendah di tengah berlangsungnya pemeliharaan kilang musiman," kata Tim Evans dari Citi Futures.
Bouckhout mengatakan laporan AS itu diperkirakan tidak akan bullish. Badan Informasi Energi AS (EIA) akan merilis laporannya yang meliputi persediaan minyak mentah AS pekan lalu pada Rabu (30/10) waktu setempat. Pasar memperkirakan persediaan minyak mentah AS akan terus meningkat sebesar 3,5 juta barel untuk pekan yang berakhir 25 Oktober.
Data yang dirilis oleh unit statistik EIA menunjukkan pasokan minyak mentah AS meningkat 5,2 juta barel menjadi 379,8 juta barel untuk pekan yang berakhir 18 Oktober. Serangkaian data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan di konsumen minyak terbesar dunia itu, juga membebani harga minyak.
Penjualan ritel AS untuk September turun 0,1 persen dari bulan sebelumnya, dan dinilai Departemen Perdagangan, gagal memenuhi konsensus pasar. Sementara itu, Indeks Harga Produsen AS turun 0,1 persen pada September. Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada Selasa (29/10), penurunan tersebut merupakan yang pertama sejak April.