REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Laporan tahunan 'Doing Business' Bank Dunia, yang dirilis pada Senin (28/10), memperingkat 189 negara yang dianggap sebagai tempat terbaik di dunia untuk menjalankan bisnis. Pemeringkatan tersebut dilakukan berdasarkan seberapa mudah atau sulitnya untuk memulai dan menjalankan bisnis lokal.
Cina yang berada di peringkat 96 atau turun lima tingkat dibandingkan tahun lalu di posisi 91, dikabarkan sangat marah dan telah menekan Bank Dunia untuk membatalkan studi yang telah berusia 11 tahun itu. Posisi Cina tersebut disalip oleh Rusia yang melompat 20 tingkat dari tahun lalu ke posisi 92.
Menurut laporan tahunan tersebut, Cina mencatat nilai sangat buruk terutama pada tantangan memulai bisnis, berurusan dengan izin konstruksi, melakukan pembayaran pajak dan perlindungan investor. Bahkan dalam sektor perdagangan, ekonomi kedua terbesar di dunia itu, hanya menempati peringkat 74 dalam daftar tersebut.
Tahun lalu Cina menekan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim untuk membatalkan survei. Bin Han, direktur perwakilan Cina di Bank Dunia, mengatakan bahwa laporan tahunan tersebut menggunakan metodologi yang salah, gagal untuk mencerminkan fakta, dan menyesatkan pembaca.
Tetapi hal tersebut dibantah Kim. Ia mengaitkan isu-isu dalam laporan untuk meningkatkan kampanye Bank Dunia guna mengakhiri kemiskinan. "Hal ini tak terbantahkan bahwa 'Doing Business' telah menjadi katalis penting dalam mendorong reformasi di seluruh dunia," tegas Kim.
Augusto Lopez-Claros, Direktur Indikator dan Analisis Global di Bank Dunia, menyerukan dukungan untuk studi 'luar biasa' itu . "Alasan mengapa Bank Dunia telah memutuskan untuk mempertahankan peringkat agregat adalah yang paling penting, bahwa mereka masih memberi Anda perasaan praktek-praktek terbaik di dunia. Negara-negara merasakan itu sangat berguna," ujar Claros.
Tetapi sejumlah kalangan mengkritik metodologi studi yang digunakan Bank Dunia dalam melakukan survei. Misalnya, dalam betapa sulitnya bagi perusahaan untuk mendapatkan pemasangan listrik. Haiti, salah satu negara termiskin di dunia menempati peringkat 67, sementara negara yang kaya energi seperti Kanada justru menempati urutan 145.
Sementara berdasarkan parameter perlindungan bagi investor, negara terbelakang Sierra Leone menempati peringkat 22, sedangkan Swiss berada di peringkat 170. "Ini adalah laporan yang sangat berkualitas rendah," kata salah satu sumber Bank Dunia kepada AFP, Selasa (29/10).
"Mereka memperingkat hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan satu sama lainnya. Ini bukan lagi ekonomi," tambah sumber tersebut.