Rabu 16 Oct 2013 13:18 WIB

Kampanye Hitam Masih Adang Industri Sawit Indonesia

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Indonesia plans to explain the CPO issues to US. (illustration)
Foto: Antara/Feri
Indonesia plans to explain the CPO issues to US. (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) Indonesia terus menghadapi tantangan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan dua tantangan utama yang dihadapi industri CPO adalah kampanye hitam (black campaign) dan persaingan dagang. Demikian disampaikan Hatta pada konferensi pers seusai memberikan pidato kunci dalam acara Konferensi Pengembangan Industri Minyak Sawit 2013 di Jakarta, Rabu (16/10).

Terkait kampanye hitam, Hatta mengatakan pemerintah bersama kalangan dunia usaha terus berupaya menyampaikan pembuktian bahwa CPO adalah produk ramah lingkungan dan kesehatan. Untuk membuktikannya, diperlukan pendekatan dari sisi ilmu pengetahuan. Setelah usaha-usaha tersebut dilakukan, Hatta meminta adanya pendekatan berbasis keadilan (fairness) terhadap CPO Indonesia.  "Keterbukaan penting dan tidak boleh isu lingkungan dan kesehatan dijadikan barier," ujar Hatta.

Mengenai isu lingkungan, Hatta menyebut pemerintah terus memperjuangkan agar CPO diterima sebagai produk ramah lingkungan oleh negara-negara APEC. Upaya itu tertuang dalam dokumen Promoting Products with Contribute to Sustainable and Inclusive Growth through Rural Development and Poverty Alleviation. Inti dari dokumen itu, kata Hatta, adalah kelapa sawit mendorong pembangunan berkelanjutan, membangun pedesaan dan mengentaskan kemiskinan. 

Sedangkan dari pendekatan teknologi, tandan kelapa sawit terus didorong agar berkontribusi pada sumber energi. Hal tersebut tergambar dari penelitian yang menyebut 60 ton tandan kelapa sawit, dapat menghasilkan 2 megawatt listrik. Hatta juga mengajak seluruh pengampu kebijakan yang berhubungan dengan CPO harus bersatu padu untuk menangkal isu-isu negatif terkait kelapa sawit Indonesia. "Kalau itu semua bisa dikerjakan, isu negatif akan hilang dengan sendirinya," ujar Hatta.

Sedangkan dari sisi perdagangan, Hatta mengatakan tantangan utama bagi CPO berasal dari komoditas kedelai. Ini tercermin dari peningkatan produksi kedelai oleh sejumlah negara sentra produksi seperti Amerika Serikat. Peningkatan produksi turut didukung oleh penggunaan rekayasa genetika (Genetically Modified Organism/GMO). "Kolaborasi dengan negara-negara lain penghasil sawit juga perlu ditingkatkan," kata Ketua Umum Partai Amanat Nasional ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement