Kamis 10 Oct 2013 13:36 WIB

Dengan Modal Awal Rp 100 Juta, Kini BMT Ta'awun Miliki Aset Rp 9,27 Miliar

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Seorang teller melayani nasabah di Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Seorang teller melayani nasabah di Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai lembaga keuangan mikro syariah, performa bisnis Baitul Mal wa Tamwill (BMT) Ta'awun patut diacungi jempol. Pasalnya, hanya dengan modal Rp 100 juta di awal berdirinya pada 2004, kini BMT tersebut mampu membukukan aset Rp 9,27 miliar.

"Di tahun ke tujuh, kami mengalami pertumbuhan baik dari sisi dana maupun pembiayaan. Aset tumbuh 9,2 persen. Pertumbuhan ini didukung kantor cabang dan satu kantor pusat yang dimiliki," kata Direktur Utama BMT Ta'awun, Subandikot, kepada ROL baru-baru ini.

Dia mengatakan posisi simpanan sukarela aggota sudah mencapai Rp 3 miliar. Anggota BMT Ta'awun banyak berasal dari kalangan pengusaha kecil yang kebanyakan merupakan pedagang yang tersebar di 32 pasar di Jakarta dan Tangerang. Total anggota terdiri dari 42 pendiri, 4 ribuan calon anggota dan 6 ribuan calon anggota non aktif. "Mereka menjadi penunjang pertumbuhan dana yang dimiliki," ucapnya.

Pembiayaan BMT Ta'awun kepada para anggota sekitar Rp 2 miliar dan masih ada sekitar Rp 5 miliar dari plafon yang telah didapatkan dari hasil kerjasama dengan beberapa bank syariah dan BPRS. Subandikot mengatakan visi dan misi BMT Ta'awun adalah mengangkat ekonomi masyarakat bawah sehingga mau memercayakan dananya untuk dikelola.

Sebannyak 80 persen pembiayaan masih didominasi akad Musyarakah dan Ijarah. Sisanya 20 persen berada di Mudharabah. Ke depannya, pembiayaan Mudarabah akan ditingkatkan karena dinilai lebih baik dan aman untuk meningkatkan pertumbuhan. "Maksimal pembiayaan yang kami salurkan sekitar Rp.100 juta," kata dia.

Untuk membangun karakter sebagai sebuah lembaga keuangan Islam, para karyawan dibekali ilmu agama berupa Majelis Ta'lim pagi dan mingguan. Selain itu, karyawan internal maupun lapangan diimbau melakukan Shalat Dhuha sebelum melaksanakan kegiatannya. "Dengan pembekalan yang selalu konsisten dilakukan, terkadang para anggota menggangap karyawan kami sebagai bank salam karena selalu menampilkan salam dan senyuman ketika mengambil angsuran anggota," ucapnya.

Subandikot berujar BMT Ta’awun juga memiliki divisi pendidikan untuk para dhuafa. BMT tersebut mempunyai lembaga pendidikan yang dinamai dengan Hadizh Ciliki, dimana santri yang mendapatkan beasiswa ditargetkan dapat menghafal sekitar 198 juz. Ini sebagai bentuk pengembangan sosial yang dilakukan manajemen. "Kami akan terus mempertahankan ciri BMT Ta’awun yaitu bergerak dalam dunia bisnis untuk menggerakkan lembaga sosial," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement