REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Organisasi Angkutan Darat (Organda) Eka Sari Lorena mengaku bingung dengan konsep mobil murah dan ramah lingkungan (LCGC) karena sebenarnya konsep tersebut tidak ada di dunia.
Menurutnya, di dunia ini sebenarnya tidak ada mobil murah. Dia menjelaskan, yang ada adalah konsep low cost carrier (LCC), dan layanan angkutan umum murah. Karena tidak ada orang yang bisa hidup tanpa bepergian atau mobilitas.
“Jadi konsep mobil murah (LCGC) baru dimulai di Indonesia,” katanya saat diskusi mengenai LCGC di Jakarta, Rabu (9/10).
Permasalahannya, penjualan LCGC tergolong fenomenal sehingga masyarakat yang peduli adanya LCGC dapat menambah kemacetan.
“Padahal, kemacetan dapat menghambat perekonomian. Artinya prediksi bahwa Indonesia akan menempati peringkat ekonomi tujuh besar dunia pada tahun 2030 tidak akan bisa dicapai tanpa mobilisasi,” tuturnya.
Dia pun semakin bingung ketika LCGC ternyata menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM), apalagi ada kekhawatiran menggunakan BBM subsidi. Seharusnya, dia menambahkan, LCGC seperti mobil hijau menggunakan teknologi Hybrida atau sistem listrik.
“Kalau memang LCGC tetapi kok menggunakan BBM subsidi? BBM subsidi itu untuk masyarakat tidak mampu. Menurut saya, orang yang mampu beli mobil adalah orang yang kaya,” ucapnya.
Dia menambahkan, subsidi untuk BBM terus meningkat. Meski harga BBM subsidi telah mengalami kenaikan harga, namun anggaran untuk subsidi BBM pun membengkak menjadi Rp 250 triliun di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014.
Kebingungan dan keraguan lain yang dipikirkan pihaknya yaitu harga LCGC yang diklaim terjangkau. Menurutnya, jika harga LCGC terjangkau, tetapi harganya masih relatif tinggi, yaitu antara Rp 65-Rp 95 juta per unit. Jadi, kata Eka, pembeli LCGC adalah pembeli mobil yang ada saat ini. “Jadi LCGC terjangkau untuk siapa?” tanyanya.