Rabu 09 Oct 2013 09:17 WIB

KKP Swasembada Benih dan Induk Ikan di 27 Kabupaten

Rep: Andi M Ikhbal/ Red: Nidia Zuraya
Nelayan dengan hasil tangkapan di Muara Angke, Jakarta (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA/WIHDAN
Nelayan dengan hasil tangkapan di Muara Angke, Jakarta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) segera melakukan swasembada benih dan induk ikan di 27 kabupaten pada enam provinsi. Upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan gairah budidaya perikanan jelang pasar bebas ASEAN 2015.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto mengatakan, pihaknya menargetkan produksi budidaya ikan di 2014 mencapai 16,8 juta ton. Menurut dia, diperlukan ketersediaan benih dan induk unggul secara berkesinambungan.

“Untuk itu, kami segera melakukan swasembada benih dan induk. Bukan hanya di tingkat pusat, namun hingga ke daerah,” kata Slamet pada Republika usai menghadiri Forum Perbenihan Nasional di Hotel Sun, Sidoarjo, Rabu (9/10).Adapun enam wilayah yang dianggap memerlukan revitalisasi tambak yaitu, Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Lampung, Sumatera Utara dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Dia mengatakan, dalam waktu dekat ini, hampir semua komoditas perikanan budidaya memasuki musim tebar, sehingga wajib diantisipasi ketersediaan benih dan induk bermutu di tiap-tiap kawasan. Sebab dengan hanya mengganti induk saja, kata Slamet, produksi akan meningkat 30 persen. “Dan menghadapi pasar bebas nanti, jangan sampai kita justru kekurangan benih karena induknya tidak unggul,” ujarnya.

Terhitung hingga dengan triwulan ketiga 2013, produksi perikanan budidaya telah memenuhi 72 persen dari target 13 juta ton. Dengan produksi  benih mencapai 47,94 milyar dan ketersediaan induk sekitar 6,4  juta ekor.

Slamet mengatakan, bila produksi ikan meningkat, maka ketergantungan akan impor berkurang. Belum lagi, ada sejumlah negara yang diduga terserang wabah sehingga berbahaya bila induk komoditas perikanannya itu masuk ke Indonesia.“Kami akan memberlakukan aturan agar Indonesia tidak menerima impor dari negara yang mengalami wabah penyakit perikanan,” katanya.

Selain itu, pihaknya juga akan melakukan sertifikasi pada seluruh pembudidaya ikan, agar hasil produksi mampu bersaing di pasar bebas. Menurut dia, udang merupakan komoditas ekspor yang menonjol, namun permintaan atas ikan patin, lele dan nila, mulai menunjukan potensi yang besar.

Untuk itu, dia menambahkan, akan terus mendorong perluasan jaringan budidaya ikan secara merata, bukan hanya pada tambak udang. Dan, mengatur pola panen agar produk dalam negeri bisa terus berkesinambungan.

PLH Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Timur, Hadi Prasetyo menambahkan, pada 2012 produksi ikan provinsi tersebut sebesar 1.310.976 ton. Dimana, sekitar 929.174 ton, atau 70,88 persen di antaranya merupakan kontribusi produksi budidaya.“Pencapaian tersebut salah satunya dipengaruhi oleh pemilihan benih unggul,” ujar Hadi

Kebutuhan benih Jatim 2013 mencapai 10,9 miliar ekor. Angka kebutuhan tersebut meningkat 78 persen bila dibandingkan dengan kebutuhan 2012 yang hanya 6,1 miliyar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement