REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsultan properti, Colliers International, menilai kecil kemungkinan Indonesia mengalami property bubble di dalam kredit properti. Asssociate Director Research Colliers International Ferry Salanto mengatakan, bubble merupakan kondisi dimana banyak uang yang beredar dengan mudah. Ketika terjadi kondisi tersebut, maka banyak masyarakat yang mengambil kredit properti dengan mudah tanpa ada unsur derivatif.
‘’Tetapi sebenarnya kalau di Indonesia, indivitu atau orang yang bermain properti dengan menggunakan bank derivatif bank itu tidak terlalu banyak,’’ katanya kepada wartawan seusai acara overview sektor properti di Jakarta, Selasa (8/10).
Selain itu, jika berbicara properti komersial, misalnya apartemen tidak terlalu banyak yang menggunakan dana pinjaman dari bank. Lebih lanjut Ferry mengatakan, karakter orang Indonesia ikut mendukung tidak terjadi property bubble. Yaitu tidak akan melepas atau menjual properti yang dimiliki saat kondisi sedang tidak baik. Atau dengan kata lain, para pembeli Indonesia tidak selalu menerapkan prinsip short term investor yakni jika harga properti turun, akan pemilik properti menjual properti miliknya.
Kondisi tersebut, kata Ferry, berbeda dengan yang terjadi di luar negeri. ‘’Jadi kami tidak mengkhawatirkan properti bubble akan terjadi di Indonesia, kecuali kalau Bank Indonesia (BI) mengantisipasi property bubble dan kemudian mengeluarkan kebijakan rasio Loan To Value (LTV) untuk sektor perumahan (kredit kepemilikan rumah),’’ tuturnya.