REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA – Forum APEC Business Advisory Council (ABAC) meminta pemerintah di kawasan Asia Pasifik untuk memastikan bahwa negara mereka terbuka dengan investasi asing langsung (FDI), terutama di sektor infrastruktur. Penerapan skema public private partnertship (PPP) dinilai yang paling tepat untuk meningkatkan investasi.
Ketua ABAC Wisnu Wardhana menyatakan, hambatan-hambatan yang selama ini menghalangi masuknya FDI harus dihilangkan. Negara APEC harus bisa bekerja sama dengan baik dengan sektor swasta dan para ahli untuk fokus meningkatkan daya saing. “Selain itu, membangun iklim investasi yang ramah, adil, stabil, transparan, dan dengan regulasi yang tepat,” katanya dalam rekomendasi ABAC untuk pemimpin APEC, Senin (7/10).
Menurutnya, negara APEC harus bisa meningkatkan investasi di sektor infrastruktur. Sektor ini lanjut Wisnu adalah elemen yang kritis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Pasifik yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam laporan terbaru McKinsey investasi infrastruktur di seluruh dunia yang dibutuhkan mencapai 57 triliun dolar AS untuk 18 tahun ke depan demi mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Untuk itu, negara APEC hendaknya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pendanaan infrastruktur, memperbanyak skema kerja sama PPP, dan memastikan transparansi dalam tender. PPP menurutnya, telah terbukti memiliki potensi yang signifikan untuk membantu mendanai proyek infrastruktur, meningkatkan kualitas, dan mengurangi biaya.
Namun di sejumlah negara, skema ini sulit berkembang karena dangkalnya pasar modal, kurangnya proyek yang berkualitas baik, kerangka regulasi yang tidak sesuai, serta rendahnya pemahaman dalam mengalokasikan jenis resiko antara pemerintah dan sektor swasta. Untuk itu perlu dibuat inisiatif jangka panjang untuk bekerja sama dan berbagi pengalaman dalam membiayai infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur akan meningkatkan konektivitas kawasan dan membuat transaksi perdagangan menjadi lebih mudah dan lancar. Laporan APEC Supply Chains yang dirilis Universitas Southern California Marshall School of Business pada 2011 menunjukkan perbaikan konektivitas bisa menghemat ongkos transportasi barang hingga 1.307 dolar AS dan mengurangi masa pengangkutan hingga 5,6 hari per kontainer.
Selain itu, laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) memperkirakan perbaikan rantai pasokan global akan meningkatkan produk domestic bruto (PDB) global hingga 2,6 triliun dolar AS dan ekspor 1,6 triliun dolar AS. “Begitu signifikannya potensi ekonomi yang bisa dicapai dari perbaikan ini membuat ABAC melihat APEC memiliki peran yang sangat penting untuk membuat dan menjalankan inisiatif-inisiatif yang bisa meningkatkan rantai pasokan,” katanya. Dengan begitu, ekonomi di kawasan Asia Pasific bisa naik 10 persen sesuai target pada 2015.