REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Sebanyak 100 bus berbahan bakar nabati (biofuel) diluncurkan untuk mendukung Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Nusa Dua, Bali. Bus yang bahan bakarnya disuplai oleh PT Pertamina (Persero) itu akan digunakan sebagai fasilitas transportasi peserta dan delegasi APEC, 4-8 Oktober 2013.
"Ini merupakan simbol dan tekad pemerintah dan seluruh unsur masyarakat menuju mobil ramah lingkungan (green car)," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat dalam acara peluncuran mobil listrik di Nusa Dua, Bali, Jumat (4/10).
Sekitar 100 bus dan angkutan umum dalam KTT APEC ini menggunakan biodiesel. Gerakan ini, kata Hidayat, memberikan dampak pengurangan impor bahan bakar minyak (BBM). Pemerintah juga ingin menggerakkan industri untuk prosesing biodiesel di indonesia sebagai pengganti BBM.
Jika gerakan penggunaan biodiesel dimulai terus menerus di Indonesia, kata Hidayat, ini bisa menyelamatkan masyarakat dari penggunaan BBM berlebihan. Secara bersamaan bisa mengontrol cadangan devisa dalam negeri.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Mahendra Siregar mengatakan resilien Asia Pasifik memiliki esensi menjadi motor pendorong pertumbuhan ekonomi. Ironisnya, dalam kebijakan energi Indonesia selama ini sama sekali tidak ada resiliensi.
Mahendra memaparkan ada tiga kelemahan kebijakan energi di Indonesia. Pertama, lemah terhadap ketergantungan impor, sehingga menyebabkan neraca transaksi berjalan defisit terus menerus. Kedua, lemah terhadap ketahanan fiskal, seperti kenaikan konsumsi BBM subsidi. Ketiga adalah lemah terhadap ketergantungan pasar sawit ke pasar internasional..
Beberapa solusi untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah menggunakan lebih banyak bioenergi dan memperbaiki ketahanan fiskal. Dengan menggunakan lebih banyak bioenergi, kata Mahendra, ketergantungan Indonesia terhadap BBM dan minyak impor akan berkurang. Ini menyebabkan daya tahan neraca berjalan lebih baik.
Dengan memperbaiki ketahanan fiskal, maka subsidi BBM yang terus meningkat harus dikurangi. Namun, mantan wakil menteri keuangan ini mengingatkan, dalam pemanfaatan biodiesel dan biofuel itu juga tidak pula terus menerus disubsidi.