REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan rupiah dan tingginya harga pakan juga mendongkrak harga ayam. Untuk ayam kampung misalnya, kenaikan harga mencapai 20 persen. Sebelumnya harga daging ayam sebesar Rp 28 ribu per kilogram (kg) menjadi Rp 36 ribu per kg.
Ketua Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Ade Zulkarnaen, mengingatkan pemerintah agar tak lantas tergoda melakukan impor ayam. "Jangan sampai kondisi ini dijadikan alasan untuk mengimpor ayam dari Brazil," ujarnya kepada ROL, Ahad (29/9).
Peternak domestik menurut dia masih mampu memenuhi kebutuhan daging ayam nasional. Selain itu, peternak ayam juga masih sanggup memenuhi biaya produksi walaupun naik sekitar 15 persen. Saat ini dikatakan harga pakan sudah mencapai puncak sejak tahun 1998. Dalam satu bulan, harga pakan sudah naik tiga kali. "Industri pakan juga tidak bisa menjamin kalau bulan Oktober tidak ada kenaikan kembali," ujar nya.
Kenaikan harga pakan mencapai lebih dari Rp 1.000 per kg. Kondisi ini menyebabkan modal yang dikeluarkan peternak semakin terkikis. Dalam satu periode panen ayam perdaging misalnya, pakan yang dibutuhkan dalam waktu 70 hari mencapai 3 kg. Untuk perternakan besar, harga pakan sebesar Rp 6.700 per kg. Sedangkan untuk peternak kecil, pakan dihargai Rp 7.000-Rp 7.200 per kg.
Harga pakan unggas ikut terkerek mengikuti kenaikan harga kedelai dunia. Sebanyak 25 hingga 30 persen pakan unggas, menggunakan campuran bungkil kedelai. Harga bungkil kedelai saat ini mencapai Rp 7.000 per kg. Sebelumnya bungkil kedelai dihargai sekitar Rp 5.820 per kg.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Khrisnamurti mengatakan bahwa harga ayam sudah turun sejak 10 hari yang lalu. Apabila di beberapa ritel ditemukan harga ayam masih tinggi, itu hanya akan terjadi sementara. Kondisi sekarang ini merupakan siklus alami, dimana banyak telur yang menetas ketika pekerja di perternakan ayam berlibur Lebaran. "Sekarang jadi banjir ayam, harga turun. Itu pola yang selalu terjadi di Indonesia," katanya.
Namun ia mengakui bahwa sulit mengendalikan siklus ini. Solusi menurut dia lebih cocok pada pihak yang mengawasi produksi , bukan perdagangan. Namun kewenangan terbesar untuk mengatasi siklus ini, ada pada pihak pengusaha dimana mereka yang berhak mengatur pekerjanya.
Menteri Pertanian Suswono mengakui masih terdapat kesenjangan harga antara peternak dan pihak ritel. Pihaknya sejauh ini masih mencari solusi agar pola ini tak lantas membuat peternak semakin terpuruk. Saat ini pihaknya terpaksa menjual ayam di bawah harga pokok.