Jumat 27 Sep 2013 17:00 WIB

Tiga Isu Perdagangan yang Menjadi 'Pekerjaan Rumah' APEC

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Perdagangan Bayu Khrisnamurti mengatakan ada beberapa isu yang harus dibahas dalam pertemuan Asia-Pasific Economic Coorperation (APEC). Forum ini menurut dia harus bisa merumuskan persoalan yang terjadi di negara anggota untuk selanjutnya dibawa ke pertemuan World Trade Centre (WTO) yang direncanakan berlangsung Desember mendatang.

Isu pertama yang harus dibahas yaitu tentang fasilitas perdagangan. Ada permintaan dari negara-negara maju agar transaksi perdagangan bisa dilakukan lebih cepat.

Pada tahun 2008, rata-rata waktu melakukan ekspor di negara APEC mencapai 14,5 hari. Tahun lalu, waktu yang dibutuhkan menyusut menjadi hanya 12,9 hari. "Demikian juga untuk impor, sama kira-kira waktunya, " ujar Bayu ditemui di kantor Kementerian Perdagangan, Jumat (27/9). 

Selanjutnya, negara anggota perlu membahas kebijakan terkait produk-produk pertanian. Usulan ini pertama kali dimotori oleh India.

Terakhir, anggota APEC perlu membahas persoalan di negara-negara yang kurang berkembang. Harapannya, delegasi yang dikirimkan ke APEC mampu meneruskan pesan-pesan positif untuk diterjemahkan di negara masing-masing. "Kalau sampai pertemuan di Bali gagal, kepercayaan masyarakat dunia jadi taruhan," ujar Bayu.

Secara umum, hasil perundingan di APEC menurutnya bisa terealisasi dengan baik. Beberapa perundingan menimbulkan hasil yang cukup menjanjikan bagi negara anggota.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement